Tinjauan Pustaka | Studi Kasus | Identifikasi | Karya | Referensi | Arsitektur dan Lainnya
Thursday, December 8, 2016
IDENTITAS KOTA MENURUT KEVIN LYNCH
Identitas
kota menurut Lynch:
“…tidak dalam arti keserupaan suatu obyek dengan yang lain, tetapi justru mengacu kepada makna individualitas yang mencerminkan perbedaannya dengan obyek lain serta pengenalannya sebagai entitas tersendiri” (Lynch, 1960)“… identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mangakar oleh sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri’ (Lynch, 1972)
Dari
definisi ini, dapat dikatakan bahwa identitas adalah suatu kondisi saat
seseorang mampu mengenali atau memanggil kembali (ingatan) suatu tempat yang
memiliki perbedaan dengan tempat yang lain karena memiliki karakter dan
keunikan. Identitas adalah hal mendasar yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan identitas adalah sesuatu yang digunakan untuk mengenali, membedakan
suatu tempat dengan tempat lainnya.
Menurut
Lynch (1960), untuk dapat memahami indentitas sebuah kota terlebih dahulu
memahami citranya. Citra kota yang mudah dibayangkan (mempunyai imagibilitas)
dan mudah mendatangkan kesan (mempunyailegibilitas)
akan dapat dengan mudah dikenali identitasnya.
Identitas
kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat fisik yang bisa
dijadikan pengidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang mudah
ditangkap oleh pengamat adalah suatu objek yang dijadikan acuan (point of reference) terhadap kawasannya.
Bangunan yang bersifat besar, mudah dilihat dan monumental biasanya dijadikan
pengamat sebagai acuan (landmark).
Secara tidak langsung hal ini menjadikannya menjadi objek yang mudah diingat
yang mencirikan kawasannya, dengan kata lain bangunan tersebut menjadi
identitas kawasannya. Tidak hanya itu, hal lain yang bersifat fisik lainnya
seperti halte, jalan, furnitur kota, trotoar, jembatan dan banyak hal lainnya
juga bisa menjadi identitas kota secara fisik. Sedangkan identitas non fisik
berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat kota tersebut.
Lynch
mengungkapkan bahwa identitas diperlukan bagi seseorang untuk membentuk
kepekaannya terhadap suatu tempat, dan bentuk paling sederhana dari “kepekaan
ruang” (sense of place) adalah
identitas. Sebuah kesadaran dari seseorang untuk merasakan sebuah tempat
berbeda dari yang lain, yaitu sebuah tempat memiliki keunikan, kejelasan, dan
karakteristik sendiri. Kepekaan ini tidak hanya tergantung kepada bentuk-bentuk
spasial dan kualitasnya, tetapi juga pada budaya, temperamen, status,
pengalaman, dan peranan pengamat, sedangkan dinamika kota terbentuk lewat
interaksi antara orang dan ruang.
Lynch
mengungkapkan identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme
biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time) yang ditumbuhkan dari
dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial ekonomi masyarakat itu sendiri.
Identitas itu adalah sebuah proses dan bukan benda temuan yang dapat
direkayasa. Apabila identitas itu hanya dipahami sebagai benda-benda parsial
dan ikon-ikon yang terlepas dari konteks ruang tempat dia dilahirkan, maka yang
dihasilkan hanyalah reproduksi mekanis dari pembentukan identitas di masa lalu.
Identitas
merupakan pengenalan bentuk ruang dan kuantitas yang paling sederhana,
pengertian tersebut disebut pula “a sense
of place”. Pemahaman tentang nilai dari tempat, merupakan pemahaman tentang
keunikan dari suatu tempat secara khusus, bila dibandingkan dengan tempat lain.
Keunikan biasanya merupakan kualitas khusus yang selalu diamati dan dibicarakan
oleh para pendatang.
Referensi:
Lynch,
Kevin. 1960, The Image Of The City, The MIT Press, Cambridge