Tinjauan Pustaka | Studi Kasus | Identifikasi | Karya | Referensi | Arsitektur dan Lainnya
Friday, November 25, 2016
ARSITEKTUR PERILAKU
Definisi Perilaku
Menurut Para Ahli
Clovis
Heimsath (1988), dijelaskan bahwa perilaku adalah suatu kesadaran akan struktur
sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama secara dinamik dalam waktu.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Kajian Arsitektur dan
Perilaku
Perilaku
manusia yang dipahami sebagai pembentuk arsitektur tapi juga arsitektur dapat
membentuk perilaku manusia. Seperti yang telah dikemukakan oleh Winston
Churchill (1943) dalam Laurens (2004) “We
shape our buildings; then they shape us”.
Manusia
membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhannya sendiri, kemudian bangunan itu
membentuk perilaku manusia yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan yang
didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuhan
manusia tersebut mempengaruhi cara manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial
dan nilai-nilai yang ada dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara
arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan
lingkungan.
Perilaku
manusia itu sendiri dipahami sebagai sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, estetika, kekuasaan,
persuasi dan/atau genetika. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
yaitu sebagai berikut:
a.
Genetika
b.
Sikap
adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu
c.
Norma
sosial adalah pengaruh tekanan sosial
d. Kontrol
perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan
perilaku
Lingkungan
fisik berpengaruh terhadap lingkungan secara timbal balik dijelaskan oleh
Gibson (Lang) pada diagram berikut:
Menurut
Gibson (Lang), perilaku manusia dalam hubungannya terhadap suatu setting fisik
berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan situasi. Karenanya pola perilaku
yang khas untuk setting fisik tersebut dapat diidentifikasikan. Tentu saja apa
yang dibahas tidak lantas menjadi demikian sederhana bahwa manusia semuanya
berperilaku tetap dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Tapi umumnya frekuensi
kegiatan yang terjadi pada suatu setting baik tunggal ataupun berkelompok
dengan setting lain menunjukkan suatu yang konstan sepanjang waktu. Ini
menunjukkan bahwa tidak hanya karakter dan pola tetap perilaku yang dapat
dideteksi dalam hubungannya dengan suatu setting tapi juga kemungkinan yang
muncul seperti pola tanggapan perilaku yang kadang dapat berubah menjadi
sebaliknya.
Berbicara
tentang arsitektur keperilakuan maka kita perlu mengetahui lebih dahulu apa itu
“psikologi”, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan
pengetahuan psikis (jiwa) manusia. Sedangkan jiwa diartikan sebagai jiwa yang
memateri, jiwa yang meraga, yaitu tingkah laku manusia (segala aktivitas,
perbuatan dan penampilan diri) sepanjang hidupnya. Manusia tinggal atau hidup
dalam suatu lingkungan sehingga manusia dan lingkungan saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Lingkungan sungguh dapat mempengaruhi manusia secara
psikologi, adapun hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai
berikut:
a.
Lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan fisik dapat membatasi apa yang
dilakukan manusia.
b. Lingkungan
mengundang atau mendatangkan perilaku. Lingkungan fisik dapat menentukan
bagaimana kita harus bertindak.
c.
Lingkungan
membentuk kepribadian.
d.
Lingkungan
akan mempengaruhi citra diri.
Arsitektur Perilaku
Menurut
Snyder dan Catanese (1984), arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur
yang mampu menanggapi kebutuhan dan perasaan manusia yang menyesuaikan dengan
gaya hidup manusia didalamnya. Menurut Clovis Heimsath, AIA (1988), kata
“perilaku” menyatakan suatu kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang,
suatu gerakan bersama secara dinamik dalam waktu. Hanya dengan memikirkan suatu
perilaku seseorang dalam ruang maka dapatlah kita membuat rancangan.
Arsitektur
perilaku adalah arsitektur yang dalam penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan
perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai
lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator
terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB.
Watson, 1878-1958).
Cakupan
dalam perilaku antara lain:
a.
Perilaku
yang kasat mata seperti makan, memasak, duduk dan sebagainya
b.
Perilaku
yang tidak kasat mata seperti fantasi, motivasi dan sebagainya
c.
Perilaku
yang menunjukan manusia dalam aksi/kegiatannya
Secara
realitas imajinasi seorang arsitek dalam proses perancangan akan menghasilkan
akibat yang berbeda setelah proses pemakaian/penghunian, untuk itu perlu
dipahami kebutuhan dasar manusia dan bagaimana antara desain arsitektur dengan
perilaku manusia maupun lingkungan. Berikut beberapa teori-teori mengenai tema
arsitektur perilaku:
a. Menurut
Donna P. Duerk
“…That people and their behavior are part of a
whole system that includes place and environment, such that behavior and
environment cannot be empirically separated. That is to say, human behavior
always happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…bahwa
manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan
lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara
empiris. Karena itu perilaku manusia sealu terjadi pada suatu tempat dan tidak
dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan faktor-faktor
lingkungan.) (Donna P. Duerk, 1993)
Dijelaskan
bahwa hubungan antara perilaku dan lingkungan yang saling berkaitan. Contoh
sebagai berikut:
1. Lingkungan
yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang
cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki meskipun tempat
tersebut bukan tempat duduk, misalnya susunan anak tangga, bagasi mobil yang
besar dan sebagainya.
2. Perilaku
manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada
saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat dari pada
awal melewati pedestrian yang memutar. Sehingga orang tersebut tanpa sadar
telah membuat jalur sendiri meski telah disediakan pedestrian.
b. Menurut
Gary T. More
Pengkajian
perilaku dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai
pengkajian lingkungan-perilaku, antara lain:
1. Meliputi
penyelidikan sistematis tentang hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia
dan penerapannya dalam proses perancangan.
2.
Pengkajian
lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih banyak dari pada sekedar
fungsi
3.
Meliputi
unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi berkaitan dengan perilaku dan
kebutuhan manusia, sedangkan estetika berkaitan dengan pilihan dan pengalaman
si pengguna.
(Gary
T. More)
Prinsip-Prinsip Dalam
Tema Arsitektur Perilaku
Prinsip-prinsip
tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan dalam penerapan tema
arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David, antara
lain:
1.
Mampu
berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan
Rancangan
yang harus dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan ataupun
pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan dapat dimengerti
sepenuhnya oleh pengguna bangunan.
Dari
bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
a.
Pencerminan
fungsi bangunan
b.
Menunjukan
skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati
c.
Menunjukan
bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan
2.
Mewadahi
aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan
Nyaman
secara fisik dan psikis. Menyenangkan secara fisik dan fisiologis.
3.
Memperhatikan
kondisi dan perilaku pemakai
Referensi:
Laurens, Joyce Marcella. 2004,
Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT
Grasindo, Jakarta