Tinjauan Pustaka | Studi Kasus | Identifikasi | Karya | Referensi | Arsitektur dan Lainnya
Sunday, November 27, 2016
Browse » Home »
Arsitektur
,
Arsitektur Perilaku
,
Studi Literatur
» PROKSEMIK, RUANG PRIBADI, TERITORIALITAS, DAN RUANG YANG DAPAT DIPERTAHANKAN
PROKSEMIK, RUANG PRIBADI, TERITORIALITAS, DAN RUANG YANG DAPAT DIPERTAHANKAN
Manusia mempunyai kebutuhan biologis, kepribadian, sosial, dan budaya yang diekspresikan dalam lingkungan. Disamping memuaskan kebutuhan manusia, ruang bicara; ia merupakan dimensi tersembunyi dalam perilaku, dan melalui itu, kita berhubungan satu sama lain.
Kita menerapkan proksemik sebagai pengamatan dan teori yang bersangkut-paut mengenai faktor ruang dalam interaksi berhadap-hadapan. Pada awal tahun 1950 an, Robert Sommer, seorang psikolog lingkungan, mempelajari bahwa faktor ruang dalam tipe yang berbeda-beda dari interaksi-inter-berhadap-hadapan di beberapa rumah sakit Saskatchewan, kafetaria-kafetaria, dan lembaga-lembaga kejiwaan. Melalui suatu gabungan kuestioner-kuestioner dan metode-metode eksperimen, ia menemukan bahwa jarak bicara yang paling menyenangkan adalah 5 kaki, 6 inchi berhadapan muka. Dengan mempelajari berbagai bentuk dan ukuran meja, ia juga menemukan bahwa pembicaraan yang menyenangkan paling sering terjadi apabila orang duduk dengan posisi siku-siku, tugas-tugas kerja sama terjadi bila mereka duduk berdampingan, perilaku mandiri seperti makan sendiri terjadi di lokasi pojok, dan tugas-tugas atau argumen-argumen yang bersaing biasanya terjadi bila orang duduk langsung berhadapan berseberangan meja atau ruangan lain yang kecil.
Banyak telaah proksemik lain yang dilakukan. Ikhtisar yang paling teliti telah diberikan oleh antropolog Edward Hall. Karya ini memperlihatkan empat jarak yang berbeda (akrab, pribadi, sosial konsultif, dan umum), perilaku khas yang terjadi pada tiap jarak, dan penerima indra antar pribadi berbeda-beda yang terlihat pada jarak ini. Terdapat beberapa pengukuran tentang pengamatan Hall dengan kondisi terkendali. Juga terdapat suatu penelitian mengenai pengaruh lingkungan fisik yang berbeda pada jarak-jarak ini. Banyak penelitian tetap harus dilakukan tentang proksemik dan interaksi ruang sehubungan dengan kekhususan lingkungan fisik. Tetapi, bahkan sebelum penelitian seperti itu selesai, generalisasi-generalisasi dari Hall bermanfaat sebagai dasar untuk membuat keputusan perancangan tentang ukuran minimum dan maksimum untuk kamar, ruang duduk, balai pertemuan, ruang seminar, dan sebagainya untuk berbagai interaksi akrab, antar pribadi, sosial, dan umum.
Ruang pribadi adalah suatu konsep lingkungan-perilaku yang khas. Robert Sommer telah mendefinisikan sebagai suatu bulatan atau gelembung pelindung, tak terlihat, kecil yang dibawa-bawa suatu organisme dan dipasangnya antara dirinya dengan orang lain, yaitu daerah penyangga tubuh dari ruang pribadi yang tak terbagi. Ruang pribadi individu adalah dinamis. Dimensinya berubah, dan ketenangan jiwa dan kegelisahan dapat terjadi bila ruang pribadi ini terganggu.
Karakteristik-karakteristik pribadi (kepribadian, suasana hati, jenis kelamin, usia) mempengaruhi ruang pribadi, bersama dengan norma-norma sosial dan ketentuan-ketentuan budaya yang bertautan dengan konteks lingkungan fisik yang berbeda-beda. Umpamanya, ruang pribadi pria lebih luas bila mereka bergaul dengan pria lain dari pada mereka bergaul dengan wanita, tapi ruang pribadi wanita kurang dapat dimasuki dibandingkan dengan ruang pria. Ruang pribadi bertambah menurut usia sampai kehidupan lanjut, kemudian ia berkurang lagi. Anak-anak sekolah dasar Amerika Serikat merasakan kebutuhan ruang pribadi yang lebih besar bila bersama-sama anak jenis kelamin lain daripada mereka bersama-sama anak-anak dari kelompok etnis atau rasial lain, walaupun kecenderungan ini kebalikannya pada kalangan remaja. Dan orang merasakan kebutuhan ruang pribadi yang lebih besar dalam pelataran umum formal seperti taman dan plaza daripada yang mereka rasakan dalam pelataran setengah umum informal seperti pesta dan piknik.
Teritori dan teritorialitas merujuk pada sekelompok pelataran perilaku bahwa seorang ingin berbuat menurut kehendaknya sendiri, menyatakan ciri, memiliki, dan bertahan. Berbeda dengan ruang pribadi, teritori adalah tetap - mereka tidak beralih. Teritori memiliki lima ciri yang menegaskan: memuat daerah ruang; dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh seorang individu atau kelompok; memuaskan beberapa kebutuhan atau dorongan, seperti kawin atau status; ditandai secara kongkrit atau simbolik; dan orang akan mempertahankannya atau setidak-tidaknya merasa tidak senang bila teritori mereka dilanggar dengan cara apapun oleh pengacau. Teritorialitas sebagai suatu konsep ini melintasi spesies hewan dan manusia, dan sesungguhnya konsep ini mula-mula berasal dari penelitian luas tentang primata, vertebrata yang lebih tinggi, dan unggas. Contoh-contoh teritori manusia meliputi rumah tangga, kantor, daerah kerja seseorang dan ruangan sekitarnya, halaman atau daerah unit kediaman, "wilayah kekuasaan" gerombolan, ruang main dan tempat anak-anak, dan bahkan seluruh daerah lingkungan dan kediaman. Teritori ini ada kalanya dibela dengan perkelahian, ada kalanya dengan petunjuk-petunjuk yang bukan merupakan kata-kata, dan sering dengan cara-cara yang arsitektural, dan simbolik.
Perilaku teritorial telah diselidiki dalam sejumlah pelataran bangunan. Satu telaah yang menarik memperhatikan teritorialitas dirumah sakit jiwa. Ternyata bahwa orang yang kurang memiliki keyakinan diri menganggap dengan sungguh-sungguh, sedangkan sebagian besar pasien yang menonjol bebas mundar-mandir menjelajahi tapi memperlihatkan sedikit sekali teritorialitas ruang.
Konsep teritorialitas telah diperluas untuk mengemukakan bagaimana daerah perumahan dan kediaman dapat dirancang untuk bisa bertahan terhadap kejahatan dan vandalisme. Ruang yang dapat dipertahankan adalah suatu istilah yang diciptakan oleh perancang arsitektur dan peneliti Oscar Newman, walaupun konsep tersebut sudah lebih dulu dicantumkan oleh Jane Jacobs dalam bukunya, The Death and Life of Great American Cities. Newman menentukan empat ciri ruang yang menjadikannya lebih dapat bertahan terhadap gangguan, vandalisme, dan kejahatan sehingga dengan demikian membuatnya lebih aman:
Kita menerapkan proksemik sebagai pengamatan dan teori yang bersangkut-paut mengenai faktor ruang dalam interaksi berhadap-hadapan. Pada awal tahun 1950 an, Robert Sommer, seorang psikolog lingkungan, mempelajari bahwa faktor ruang dalam tipe yang berbeda-beda dari interaksi-inter-berhadap-hadapan di beberapa rumah sakit Saskatchewan, kafetaria-kafetaria, dan lembaga-lembaga kejiwaan. Melalui suatu gabungan kuestioner-kuestioner dan metode-metode eksperimen, ia menemukan bahwa jarak bicara yang paling menyenangkan adalah 5 kaki, 6 inchi berhadapan muka. Dengan mempelajari berbagai bentuk dan ukuran meja, ia juga menemukan bahwa pembicaraan yang menyenangkan paling sering terjadi apabila orang duduk dengan posisi siku-siku, tugas-tugas kerja sama terjadi bila mereka duduk berdampingan, perilaku mandiri seperti makan sendiri terjadi di lokasi pojok, dan tugas-tugas atau argumen-argumen yang bersaing biasanya terjadi bila orang duduk langsung berhadapan berseberangan meja atau ruangan lain yang kecil.
Banyak telaah proksemik lain yang dilakukan. Ikhtisar yang paling teliti telah diberikan oleh antropolog Edward Hall. Karya ini memperlihatkan empat jarak yang berbeda (akrab, pribadi, sosial konsultif, dan umum), perilaku khas yang terjadi pada tiap jarak, dan penerima indra antar pribadi berbeda-beda yang terlihat pada jarak ini. Terdapat beberapa pengukuran tentang pengamatan Hall dengan kondisi terkendali. Juga terdapat suatu penelitian mengenai pengaruh lingkungan fisik yang berbeda pada jarak-jarak ini. Banyak penelitian tetap harus dilakukan tentang proksemik dan interaksi ruang sehubungan dengan kekhususan lingkungan fisik. Tetapi, bahkan sebelum penelitian seperti itu selesai, generalisasi-generalisasi dari Hall bermanfaat sebagai dasar untuk membuat keputusan perancangan tentang ukuran minimum dan maksimum untuk kamar, ruang duduk, balai pertemuan, ruang seminar, dan sebagainya untuk berbagai interaksi akrab, antar pribadi, sosial, dan umum.
Karakteristik-karakteristik pribadi (kepribadian, suasana hati, jenis kelamin, usia) mempengaruhi ruang pribadi, bersama dengan norma-norma sosial dan ketentuan-ketentuan budaya yang bertautan dengan konteks lingkungan fisik yang berbeda-beda. Umpamanya, ruang pribadi pria lebih luas bila mereka bergaul dengan pria lain dari pada mereka bergaul dengan wanita, tapi ruang pribadi wanita kurang dapat dimasuki dibandingkan dengan ruang pria. Ruang pribadi bertambah menurut usia sampai kehidupan lanjut, kemudian ia berkurang lagi. Anak-anak sekolah dasar Amerika Serikat merasakan kebutuhan ruang pribadi yang lebih besar bila bersama-sama anak jenis kelamin lain daripada mereka bersama-sama anak-anak dari kelompok etnis atau rasial lain, walaupun kecenderungan ini kebalikannya pada kalangan remaja. Dan orang merasakan kebutuhan ruang pribadi yang lebih besar dalam pelataran umum formal seperti taman dan plaza daripada yang mereka rasakan dalam pelataran setengah umum informal seperti pesta dan piknik.
Perilaku teritorial telah diselidiki dalam sejumlah pelataran bangunan. Satu telaah yang menarik memperhatikan teritorialitas dirumah sakit jiwa. Ternyata bahwa orang yang kurang memiliki keyakinan diri menganggap dengan sungguh-sungguh, sedangkan sebagian besar pasien yang menonjol bebas mundar-mandir menjelajahi tapi memperlihatkan sedikit sekali teritorialitas ruang.
Konsep teritorialitas telah diperluas untuk mengemukakan bagaimana daerah perumahan dan kediaman dapat dirancang untuk bisa bertahan terhadap kejahatan dan vandalisme. Ruang yang dapat dipertahankan adalah suatu istilah yang diciptakan oleh perancang arsitektur dan peneliti Oscar Newman, walaupun konsep tersebut sudah lebih dulu dicantumkan oleh Jane Jacobs dalam bukunya, The Death and Life of Great American Cities. Newman menentukan empat ciri ruang yang menjadikannya lebih dapat bertahan terhadap gangguan, vandalisme, dan kejahatan sehingga dengan demikian membuatnya lebih aman:
- Pengawasan, atau apa yang disebut Jane Jcobs "mata tertuju pada jalanan", yang diciptakan oleh tata guna lahan campuran, keragaman penghuni, rancangan denah terbuka dan kehidupan jalanan dua puluh empat jam.
- Wilayah yang diamati dan dapat dipertahankan, termasuk pemahaman yang jelas akan daerah umum versus swasta dan pemahaman yang jelas akan "gerbang" antara daerah-daerah.
- Citra dan lingkungan sekitar, atau gagasan bahwa daerah-daerah tertentu miliki citra keamanan yang menyeluruh atau kebanggaan lingkungan ketetanggaan.
- Daerah aman, atau pemisah ruangan aman yang diinginkan dari daerah kegiatan tinggi atau berbahaya, dan penjajaran daerah aman dan daerah dapat bertahan.
Referensi:
Snyder, J. C.,
& Catanese, A. J. 1984. Pengantar
Arsitektur. Erlangga, Jakarta