Friday, November 18, 2016

IDENTIFIKASI PERILAKU PENGGUNA PANTI ASUHAN AR-RAHIM PEKANBARU DAN SOLUSI DESAINNYA


1David Aliddra, 2Fachry Enzeta
Abstrak
Panti Asuhan Ar-Rahim merupakan salah satu wadah bagi para anak yatim maupun piatu yang tidak memiliki tempat tinggal ataupun orang yang mengurusnya. Panti asuhan ini tidak hanya sebagai tempat mereka untuk berlindung dan sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai tempat dimana mereka akan mendapatkan kasih sayang, keamanan, kenyamanan maupun interaksi sosial sesama mereka.

Perilaku yang terbentuk dari anak-anak panti asuhan ini di pengaruhi oleh arsitektur yang mewadahinya. Hal ini disebabkan karena bangunan telah ada terlebih dahulu dibandingkan dengan penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pengguna panti asuhan dari kondisi yang ada pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek yang ingin di teliti untuk mendapatkan fakta lapangan secara nyata. Hasil pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa arsitektur sebagai wadah mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku yang ada pada keadaan sebelumnya belum sesuai dengan tingkat kenyamanan untuk melakukan kegiatan yang sesuai. Maka dari itu dibuatlah solusi desain yang seharusnya bisa memperbaiki perilaku pengguna panti asuhan. Solusi desain merupakan akibat dari kurang sesuainya wadah untuk membentuk perilaku. Perilaku pengguna panti asuhan yang lebih sesuai, teratur dan nyaman dalam beraktifitas. Perubahan desain dilakukan pada bagian furniture, perubahan ruang, landscape, dan detail-detail arsitektur yang bisa mendukung agar perilaku lebih sesuai.
Kata kunci: Panti asuhan, Perilaku, Arsitektur.



Latar Belakang
Setiap Manusia memiliki perilaku yang berbeda-beda, sesuai dengan aktifitas dan lingkungan sekitar. Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup.
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret)
Tidak semua manusia beruntung dengan memiliki orang tua pada masa kecilnya. Ada sebagian dari anak-anak yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya, ternyata tidak mendapatkannya sedikitpun. Dan begitupun dengan perlindungan dari terik panas dan hujan.
Untuk mewadahi anak-anak yang kurang beruntung tersebut, ada sebagian kelompok manusia yang peduli untuk  menanggung hidup mereka. Yaitu salah satunya dengan menyediakan panti asuhan sebagai rumah mereka untuk bernaung dan tinggal bersama keluarga yang baru.
Hidup di panti asuhan tentunya tidak akan sama dengan hidup di rumah-rumah pada umumnya. Kumpulan anak-anak dan interaksi antar anak-anak yang lebih intensif akan membedakan perilaku anak pada panti asuhan dengan anak rumahan pada umumnya. Keterbatasan fasilitas dan kurangnya kasih sayang tentunya akan mempengaruhi perilaku anak-anak pada panti asuhan.
Walaupun hidup secara bersama-sama dalam satu tempat anak-anak panti asuhan memiliki perilaku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Terbentuknya perilaku mereka pun akan didasari pada bangunan yang mewadahinya. Tepat atau tidaknya wadah arsitektur akan merubah perilaku anak-anak panti menjadi lebih sesuai atau tidak. Untuk menyesuaikan perilaku anak-anak panti asuhan perlu diwadahi dengan desain-desain yang memberi solusi untuk memperbaiki perilaku yang kurang sesuai dengan mereka, dengan memperhatikan kenyamanan dan kesesuaian dengan perilaku anak-anak panti asuhan.

Tinjauan Pustaka

Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek arsitektur tertentu, misalnya rumah sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat didekati dengan pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall, restoran, sekolah, stasiun kereta api dan lain-lain.
Perancangan arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang psikologi arsitektur atau psikologi lingkungan.
Definisi arsitektur berwawasan perilaku menurut beberapa tokoh:

a.    Menurut Donna P. Duerk
Dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan bahwa:
“…that people and their behavior are part of a whole system that includes place and environment, sunch that behavior and environment cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor lingkungan)
1.    Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk. Misalnya: susunan anak tangga didepan rumah, bagasi mobil yang besar, pagar yang rendah dan sebagainya.
2.    Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat dari pada melewati pedestrian yang memutar. Sehinga orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski telah disediakan pedestrian.

b.    Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu Citra.
Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya. Disebutkan pila bahwa arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh dari pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga mengahsilkan suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. Cita merujuk pada image yang ditampilkan oleh suatu karya arsitektur. Citra lebih berkesan spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambing yang membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari yang menciptakan (Mangunwijaya, 1992).
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan baha mencapa guna dan citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku pencipta, perilaku pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku alam dan sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra dilakukan satu persatu menurut beragamnya pengertian arsitektur, sebagai berikut :
1.         Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang juga mempengaruhi terjadinya proses arsitektur.
2.         Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari pengaruh nilai-nilai kosmologi.
3.         Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia dalam berarsitektur.
4.         Dalam berarsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan perilaku yang lebih baik.

c.    Menurut Garry T. More dalam buku Introduction to Architecture.
Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan organism dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Penkajian perilaku menurut Garry T. More diakitkan denga lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengakjian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian lingkungan perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri atas definisi-defenisi sebagai berikut :
1.         Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses perancangan.
2.         Pengakjian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih banyak dari pada sekedar fungsi.
3.         Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, diaman fungsi bertalian dengan perilaku dan kebutuhan oang, estetika bertalian dengan pilihan dan pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi dengan estetika hasil pengalaman  yang bersandar pada si pemakai.
4.         Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si pemakai bangunan, kebutuhan interaksi kemasyarakatan, perbedaan-perbedaan subbudaya dalam gaya hidup dan makna serta simbolisme bangunan.
5.         Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas keteknologi, agar isyarat-isyarat arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan atau perlindungan.

d.    Menurut Victor Papanek
Bahwa dalam telaah-telaah lingkungan dalam arsitektur, harus dipahami dua kerangka konsep yang satu menjelaskan jajaran informasi lingkungan perilaku-perilaku yang tersedia, dan yang lain memperhatikan dimana proses perancangan informasi lingkuangan perilaku paling mempengaruhi pengambilan keputusan arsitektur. 

e.    Menurut JB. Watson (1878-1958)
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang dalam penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku.
Menurut Arif Gosita (dalam Suyuti, 2010:37) secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua kata yaitu “panti” yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan’ yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai begi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional (Suyuti, 2010:37).


Panti Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Panti Asuhan Ar-Rahim ini terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 3,5 Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Panti asuhan ini merupakan tempat tinggal bagi anak-anak yang kurang beruntung, karena sudah tidak memiliki orang tua yang mengasuh mereka lagi. Panti asuhan ini juga sebagai tempat bagi anak-anak yang ditelantarkan oleh orang yang merawatnya untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.
Panti asuhan ini merupakan tempat yang sangat penting bagi anak-anak yatim piatu maupun yang ditelantarkan. Panti asuhan ini tidak hanya sebagai tempat mereka untuk tinggal dan berlindung namun juga sebagai tempat dimana mereka mendapatkan kasih sayang dari orang tua asuh mereka dan untuk berinteraksi sosial diantara sesama mereka.
Keadaan arsitektural pada panti asuhan ini membuat perilaku yang ada di sana dituntut untuk menyesuaikan dengan keadaan yang tersedia. Karena ada beberapa fasilitas pendukung yang kurang sesuai untuk perilaku yang benar.
Panti asuhan ini merupakan bangunan untuk mewadahi puluhan anak-anak. Maka dari itu dibutuhkan solusi secara arsitektural untuk membentuk perilaku mereka agar lebih sesuai. Pembentukan perilaku disini akan mempengaruhi banyak anak-anak yang di wadahi dalam bangunan panti asuhan.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu pengamatan langsung ke lapangan dengan cara mendokumentasikan dan menyajikan aktivitas yang ditemukan dilapangan sebagai fakta yang mencakup kondisi eksisting. Data utama dilakukan dengan cara pengamatan langsung, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan jurnal. Klasifikasi perilaku manusa ada 2 macam yaitu arsitektur yang mempengaruhi perilaku dan manusia yang mempengaruhi arsitektur. Karena penulis mengamati bangunan yang telah ada, maka yang terjadi adalah arsitektur yang memperngaruhi perilaku atau membentuk perilaku. Lokasi pengamatan berada di Panti Asuhan Ar-Rahim Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Kondisi Eksisting Panti Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Permasalahan pada Panti Asuhan Ar-Rahim ini yaitu tidak tersedianya keamanan yang cukup untuk melindungi anak-anak dari lingkungan luar. Tidak tersedianya pembatas yang nyata antara lingkungan panti asuhan dengan lingkungan sekitarnya bisa membuat anak-anak bermain melewati lingkungan yang ada. Hal tersebut tentunya membuat anak bisa bermain melewati lingkungan yang aman.


Gambar lingkungan sekitar panti asuhan

Ketika memasuki lingkungan panti asuhan terlihat aktivitas anak-anak untuk mengisi waktu luangnya pada sore hari yaitu dengan bermain sepak bola pada lapangan dari tanah tanpa rumput. Mereka bermain bola tanpa alas kaki. Ada juga yang bermain bola sambil bercanda dengan temannya, dan ada pula yang bermain bola sambil membawa makanan. Mereka bermain bola sampai mengenai dinding bangunan panti asuhan.

Gambar aktivitas bermain bola
Selain anak-anak yang bermain bola, ada pula mereka yang menonton anak-anak tersebut bermain bola. Mereka duduk-duduk di sekitar halaman mushala, yaitu tepat berada diatas bantu pondasi penahan tanah mushala. Ada yang duduk-duduk sambil mengangkatkan kakinya, adapula yang sambil makan, ada yang sambil bercerita dengan teman, ada yang duduk bersila di atas batu tersebut.
Gambar aktivitas duduk di halaman mushala
Ketika datang ke bangunan panti asuhan ada kendaraan yang diparkirkan di teras bangunan, tepat berada di depan kamar anak-anak. Parkir kendaraan yang seharusnya tidak boleh menyentuh teras bangunan. Selanjutnya peletakkan alas kaki yang sembarangan dan tidak jelasnya batas yang boleh dilalui oleh alas kaki atau tidak, sehingga cukup membingungkan harus melepas alas kaki atau tidak.
Gambar kendaraan yang parkir di teras

Gambar peletakkan sendal yang sembarangan
Ada beberapa anak yang baru pulang dari sekolah. Mereka jalan melalui semak-semak di sebelah kanan bangunan. Seharusnya mereka melewati jalan utama. Karena melewati semak-semak cukup berbahaya bisa terdapat binatang berbahaya yang mengancam.
Mereka yang pulang dari sekolah ada yang sambil bercanda dengan temannya, ada pula yang sambil makan makanan ringan, ada yang sambil berlari-lari masuk ke dalam kamar, dan ada yang tidak sabaran membuka jilbabnya sebelum masuk ke bangunan panti asuhan. Sebelum memasuki bangunan panti asuhan mereka ada yang meletakkan sepatunya di teras halaman, dan ada yang membawanya kedalam kamar.
Kegiatan selanjutnya yaitu aktivitas mencuci anak laki-laki yang di lakukan di tempat wudlu mushala. Hal tersebut tentunya kurang tepat dilakukan. Karena akan menyebabkan tempat wudlu menjadi tidak bisa digunakan jika ada yang ingin sholat disana. Selain itu kurang tepat jika hal tersebut dilihat orang lain. Mereka ada yang mencuci sambil bernyanyi-nyanyi dan ada pula yang sambil bercanda dengan kawannya.

Gambar tempat wudlu yang dijadikan tempat mencuci anak laki-laki
Aktivitas selanjutnya ada anak-anak yang makan sambil duduk-duduk di halaman masjid. Mereka makan makanan ringan sambil bercanda bersama teman dan sekaligus menonton temannya yang sedang bermain bola. Ada pula mereka yang makan sambil berdiri.

Gambar anak-anak yang sedang makan di halaman
Aktivitas lainnya yaitu ada anak yang belajar di sekitar area kamar mereka. Ada yang belajar tepat di depan pintu kamar mereka. Mungkin dikarenakan pencahayaan yang kurang untuk belajar di dalam kamar. Mereka belajar sambil menjulurkan kaki.
Gambar anak yang sedang balajar di depan kamar

Solusi Desain Panti Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Untuk mewadahi lingkungan dan membatasi perilaku dibutuhkan batas yang nyata antara lingkungan sekitar dengan lingkungan panti asuhan. Maka solusi yang ditawarkan yaitu dengan membuat pagar secara nyata. Selain untuk membatasi perilaku pagar juga sebagai keamanan untuk anak-anak yang bermain. Pagar ini juga berfungsi untuk mencegah anak-anak masuk melalui semak-semak.

Gambar pagar pelindung panti asuhan
Untuk mewadahi aktivitas bermain bola, dibutuhkan pengaturan orientasi lapangan agar si anak tidak lagi menendang bola mengarah ke bangunan, seperti pemberian gawang yang menagarah ke samping dan pemberian pelindung pada sisi dinding bangunan sehingga bermain bola tidak langsung mengenai bangunan. Penambahan lapangan pada sisi lain bangunan bisa menjadi pertimbangan untuk memperluas area bermain anak.

Gambar orientasi lapangan dan pembatas lapangan

Gambar penambahan lapangan pada sisi lain
Bermain bola tanpa sepatu tentunya akan membuat lantai kotor setelah mereka selesai bermain. Perlu di berikan tempat untuk mencuci kaki sebelum mereka masuk ke dalam bangunan panti asuhan.

Gambar tempat pencuci kaki sebelum masuk ke bangunan
Banyak anak-anak yang senang berada di luar kamar ketika sore hari. Mereka senang untuk duduk-duduk di sekitaran halaman mushala untuk menikmati sore hari mereka. Untuk itu dibuat tempat duduk yang lebih nyaman di lengkapi dengan tempat tanaman diatasnya.

Gambar tempat duduk dengan taman
Untuk mengatasi kendaraan yang parkir di teras bangunan diperlukan pembatas dan penempatan kendaraan yang agak jauh dari bangunan untuk menghindari kendaraan masuk ke teras bangunan. Pemindahan parkir ini juga sebagai pengaman karena banyak anak-anak yang bermain disekitar halaman panti asuhan.

Gambar pengahalang kendaraan
Gambar peletakkan parkir kendaraan
Untuk peletakkan alas kaki, solusi yang ditawarkan yaitu dengan membuat tempat alas kaki dengan tempat duduknya agar lebih nyaman untuk diletakkan.
Gambar tempat alas kaki dengan tempat duduk
Untuk mengatasi masalah mencuci di tempat wudlu mushala, perlu dilakukan pemindahan tempat mencuci menjadi di dekat dengan kamar mandi laki-laki. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan memperbesar ruang kamar mandi ditambah dengan tempat mencuci untuk mereka. 
Gambar penambahan ruang pada kamar mandi laki-laki
Untuk membuat anak-anak nyaman untuk makan dan belajar diperlukan ruang luar yang dibuat nyaman agar anak-anak senang berada di sana. Tempat-tempat yang menyenagkan untuk belajar akan membuat mereka lebih asik untuk membaca dan belajar. Karena anak-anak lebih senang belajar di tempat yang membuat mereka nyaman dan rileks. Terutama pada ruang luar yang hijau maupun biru.
Gambar penambahan ruang untuk belajar maupun makan anak-anak

Kesimpulan
Perilaku anak-anak yang kadang susah diprediksi membuat penggunaan pagar untuk lingkungan diperlukan. Selain untuk sebagai pengaman. Pagar juga untuk merubah perilaku anak-anak yang ingin masuk ke lignkungan panti asuhan melewati semak-semak menjadi melewati pintu utama.
Aktivitas bermain bola tanpa sepatu dan terkadang suka menendang sesuka hatinya harus dibatasi dengan mengubah orientasi lapangan, menambah pembatas antara lapangan dengan bangunan dan bisa juga dengan menambah lapangan lain pada sisi bangunan. Setelah bermain bola tanpa alas kaki diperlukan juga tempat mencuci kaki untuk mencegah lantai kotor ketika anak-anak masuk kedalam bangunan.
Aktivitas duduk-duduk santai di halaman masjid terjadi karena kurangnya tempat untuk mereka duduk menikmati sore hari. Dibutuhkan tempat untuk mereka duduk lebih nyaman. Dibuatlah tempat duduk sekaligus tempat tanaman sehingga mereka yang duduk disana bisa merasa lebih nyaman.
Karena parkir kendaraan masuk kedalam teras, maka diperlukan pembatas agar kendaraan tidak masuk kedalam bangunan. Selain itu pemindahan lokasi parkir juga bisa dilakukan. Selain untuk mencegah masuk kedalam bangunan juga untuk keamanan anak-anak bermain.
Untuk peletakkan alas kaki dibutuhkan tempat agar tidak sembarangan meletakkan alas kaki. Penambahan tempat alas kaki dengan tempat duduk bisa menjadi solusi untuk mempernyaman dalam meletakkan alas kaki.
Permasalahan mencuci di tempat wudlu bisa di atasi dengan menambah luas kamar mandi laki-laki ditambah dengan tempat mencuci. Sehingga untuk mencuci tidak perlu jauh ke tempat wudlu mushala. Cukup di kamar mandi saja.
Penambahan ruang luar untuk anak-anak makan belajar lebih nyaman. Dengan penataan taman, dan penambahan kolam akan membuat anak-anak lebih senang dan nyaman berada di sana.
Pada Panti Asuhan Ar-Rahim terlihat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh arsitektur sebagai wadah yang menaunginya. Maka dari itu untuk memperbaiki perilaku manusia bisa dengan menata atau mendesain ulang arsitektur sebagai wadahnya. Agar terciptanya kenyamanan pada perilaku manusia yang melakukannya dan lebih sesuai.


Referensi:
https://machalulardianto.wordpress.com/2014/03/19/definisi-arsitektur-berwawasan-perilaku/ diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB
http://dianifan.blogspot.co.id/2012/08/panti-asuhan.html diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB

unduh file disini 

Artikel Terkait