Tinjauan Pustaka | Studi Kasus | Identifikasi | Karya | Referensi | Arsitektur dan Lainnya
Friday, November 18, 2016
Browse » Home »
Arsitektur Perilaku
,
Panti Asuhan
,
Penelitian Perilaku
,
Studi Kasus
,
Studi Literatur
» IDENTIFIKASI PERILAKU PENGGUNA PANTI ASUHAN AR-RAHIM PEKANBARU DAN SOLUSI DESAINNYA
IDENTIFIKASI PERILAKU PENGGUNA PANTI ASUHAN AR-RAHIM PEKANBARU DAN SOLUSI DESAINNYA
1David
Aliddra, 2Fachry Enzeta
Abstrak
Panti Asuhan Ar-Rahim merupakan salah satu
wadah bagi para anak yatim maupun piatu yang tidak memiliki tempat tinggal
ataupun orang yang mengurusnya. Panti asuhan ini tidak hanya sebagai tempat
mereka untuk berlindung dan sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai tempat
dimana mereka akan mendapatkan kasih sayang, keamanan, kenyamanan maupun
interaksi sosial sesama mereka.
Perilaku yang terbentuk dari anak-anak panti asuhan ini di pengaruhi oleh arsitektur yang mewadahinya. Hal ini disebabkan karena bangunan telah ada terlebih dahulu dibandingkan dengan penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pengguna panti asuhan dari kondisi yang ada pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek yang ingin di teliti untuk mendapatkan fakta lapangan secara nyata. Hasil pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa arsitektur sebagai wadah mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku yang ada pada keadaan sebelumnya belum sesuai dengan tingkat kenyamanan untuk melakukan kegiatan yang sesuai. Maka dari itu dibuatlah solusi desain yang seharusnya bisa memperbaiki perilaku pengguna panti asuhan. Solusi desain merupakan akibat dari kurang sesuainya wadah untuk membentuk perilaku. Perilaku pengguna panti asuhan yang lebih sesuai, teratur dan nyaman dalam beraktifitas. Perubahan desain dilakukan pada bagian furniture, perubahan ruang, landscape, dan detail-detail arsitektur yang bisa mendukung agar perilaku lebih sesuai.
Perilaku yang terbentuk dari anak-anak panti asuhan ini di pengaruhi oleh arsitektur yang mewadahinya. Hal ini disebabkan karena bangunan telah ada terlebih dahulu dibandingkan dengan penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pengguna panti asuhan dari kondisi yang ada pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek yang ingin di teliti untuk mendapatkan fakta lapangan secara nyata. Hasil pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa arsitektur sebagai wadah mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku yang ada pada keadaan sebelumnya belum sesuai dengan tingkat kenyamanan untuk melakukan kegiatan yang sesuai. Maka dari itu dibuatlah solusi desain yang seharusnya bisa memperbaiki perilaku pengguna panti asuhan. Solusi desain merupakan akibat dari kurang sesuainya wadah untuk membentuk perilaku. Perilaku pengguna panti asuhan yang lebih sesuai, teratur dan nyaman dalam beraktifitas. Perubahan desain dilakukan pada bagian furniture, perubahan ruang, landscape, dan detail-detail arsitektur yang bisa mendukung agar perilaku lebih sesuai.
Kata kunci: Panti asuhan, Perilaku, Arsitektur.
Latar
Belakang
Setiap Manusia memiliki
perilaku yang berbeda-beda, sesuai dengan aktifitas dan lingkungan sekitar.
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat
kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan.
Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dalam pengertian umum perilaku adalah
segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup.
Perilaku adalah suatu reaksi
psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa
reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan
menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam
bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret)
Tidak semua manusia beruntung
dengan memiliki orang tua pada masa kecilnya. Ada sebagian dari anak-anak yang
seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya,
ternyata tidak mendapatkannya sedikitpun. Dan begitupun dengan perlindungan
dari terik panas dan hujan.
Untuk mewadahi anak-anak yang
kurang beruntung tersebut, ada sebagian kelompok manusia yang peduli untuk menanggung hidup mereka. Yaitu salah satunya
dengan menyediakan panti asuhan sebagai rumah mereka untuk bernaung dan tinggal
bersama keluarga yang baru.
Hidup di panti asuhan tentunya
tidak akan sama dengan hidup di rumah-rumah pada umumnya. Kumpulan anak-anak
dan interaksi antar anak-anak yang lebih intensif akan membedakan perilaku anak
pada panti asuhan dengan anak rumahan pada umumnya. Keterbatasan fasilitas dan
kurangnya kasih sayang tentunya akan mempengaruhi perilaku anak-anak pada panti
asuhan.
Walaupun hidup secara
bersama-sama dalam satu tempat anak-anak panti asuhan memiliki perilaku yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Terbentuknya perilaku mereka pun akan
didasari pada bangunan yang mewadahinya. Tepat atau tidaknya wadah arsitektur
akan merubah perilaku anak-anak panti menjadi lebih sesuai atau tidak. Untuk
menyesuaikan perilaku anak-anak panti asuhan perlu diwadahi dengan
desain-desain yang memberi solusi untuk memperbaiki perilaku yang kurang sesuai
dengan mereka, dengan memperhatikan kenyamanan dan kesesuaian dengan perilaku
anak-anak panti asuhan.
Tinjauan
Pustaka
Arsitektur perilaku adalah
arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan
perilaku dalam perancangan. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya
dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek arsitektur tertentu, misalnya rumah
sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat
autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat
didekati dengan pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall,
restoran, sekolah, stasiun kereta api dan lain-lain.
Perancangan arsitektur
berdasarkan perilaku ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan perancangan,
diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang psikologi arsitektur atau
psikologi lingkungan.
Definisi arsitektur berwawasan
perilaku menurut beberapa tokoh:
a. Menurut Donna P. Duerk
Dalam bukunya yang berjudul
Architectural Programming dijelaskan bahwa:
“…that people and their
behavior are part of a whole system that includes place and environment, sunch
that behavior and environment cannot be empirically separated. That is to say,
human behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated
without considering the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan
perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan lingkungan
tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia selalu
terjadi pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa
pertimbangan factor-faktor lingkungan)
1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku
manusia.
Orang cenderung menduduki
suatu tempat yang biasanya diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat
duduk. Misalnya: susunan anak tangga didepan rumah, bagasi mobil yang besar,
pagar yang rendah dan sebagainya.
2. Perilaku manusia yang mempengaruhi
lingkungan
Pada saat orang cenderung
memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat dari pada melewati pedestrian
yang memutar. Sehinga orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri
meski telah disediakan pedestrian.
b. Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu
Citra.
Arsitektur berwawasan perilaku
adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi
perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu
perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya. Disebutkan
pila bahwa arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra.
Guna merujuk pada manfaat yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat
tersebut diperoleh dari pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya.
Namun begitu guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga mengahsilkan
suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. Cita merujuk
pada image yang ditampilkan oleh suatu karya arsitektur. Citra lebih berkesan
spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambing yang
membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari yang menciptakan
(Mangunwijaya, 1992).
Dari pernyataan di atas dapat
dikatakan baha mencapa guna dan citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai
perilaku yang berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku pencipta,
perilaku pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku alam dan
sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra dilakukan satu persatu
menurut beragamnya pengertian arsitektur, sebagai berikut :
1. Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang
juga mempengaruhi terjadinya proses arsitektur.
2. Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari
pengaruh nilai-nilai kosmologi.
3. Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia
dalam berarsitektur.
4. Dalam berarsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan
perilaku yang lebih baik.
c. Menurut Garry T. More dalam buku
Introduction to Architecture.
Istilah perilaku diartikan
sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan organism dalam dan lingkungan
sosio-fisik luar. Penkajian perilaku menurut Garry T. More diakitkan denga
lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengakjian lingkungan-perilaku.
Adapun pengkajian lingkungan perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry T.
More terdiri atas definisi-defenisi sebagai berikut :
1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan
antara lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses
perancangan.
2. Pengakjian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup
lebih banyak dari pada sekedar fungsi.
3. Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, diaman fungsi
bertalian dengan perilaku dan kebutuhan oang, estetika bertalian dengan pilihan
dan pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi dengan estetika hasil
pengalaman yang bersandar pada si
pemakai.
4. Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si
pemakai bangunan, kebutuhan interaksi kemasyarakatan, perbedaan-perbedaan
subbudaya dalam gaya hidup dan makna serta simbolisme bangunan.
5. Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas keteknologi,
agar isyarat-isyarat arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan atau
perlindungan.
d. Menurut Victor Papanek
Bahwa dalam telaah-telaah
lingkungan dalam arsitektur, harus dipahami dua kerangka konsep yang satu
menjelaskan jajaran informasi lingkungan perilaku-perilaku yang tersedia, dan
yang lain memperhatikan dimana proses perancangan informasi lingkuangan
perilaku paling mempengaruhi pengambilan keputusan arsitektur.
e. Menurut JB. Watson (1878-1958)
Arsitektur perilaku adalah
arsitektur yang dalam penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan
perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai
lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator
terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku.
Menurut Arif Gosita (dalam
Suyuti, 2010:37) secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua kata yaitu
“panti” yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan prasarana
dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan’ yang mempunyai arti
berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang
bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Menurut Departemen Sosial
Republik Indonesia menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti
fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang
luas, tepat dan memadai begi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai
insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional (Suyuti,
2010:37).
Panti
Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Panti Asuhan Ar-Rahim ini
terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 3,5 Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Panti
asuhan ini merupakan tempat tinggal bagi anak-anak yang kurang beruntung,
karena sudah tidak memiliki orang tua yang mengasuh mereka lagi. Panti asuhan
ini juga sebagai tempat bagi anak-anak yang ditelantarkan oleh orang yang
merawatnya untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.
Panti asuhan ini merupakan
tempat yang sangat penting bagi anak-anak yatim piatu maupun yang
ditelantarkan. Panti asuhan ini tidak hanya sebagai tempat mereka untuk tinggal
dan berlindung namun juga sebagai tempat dimana mereka mendapatkan kasih sayang
dari orang tua asuh mereka dan untuk berinteraksi sosial diantara sesama
mereka.
Keadaan arsitektural pada
panti asuhan ini membuat perilaku yang ada di sana dituntut untuk menyesuaikan
dengan keadaan yang tersedia. Karena ada beberapa fasilitas pendukung yang
kurang sesuai untuk perilaku yang benar.
Panti asuhan ini merupakan
bangunan untuk mewadahi puluhan anak-anak. Maka dari itu dibutuhkan solusi secara
arsitektural untuk membentuk perilaku mereka agar lebih sesuai. Pembentukan
perilaku disini akan mempengaruhi banyak anak-anak yang di wadahi dalam
bangunan panti asuhan.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan
metode observasi yaitu pengamatan langsung ke lapangan dengan cara
mendokumentasikan dan menyajikan aktivitas yang ditemukan dilapangan sebagai
fakta yang mencakup kondisi eksisting. Data utama dilakukan dengan cara
pengamatan langsung, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur
dan jurnal. Klasifikasi perilaku manusa ada 2 macam yaitu arsitektur yang
mempengaruhi perilaku dan manusia yang mempengaruhi arsitektur. Karena penulis
mengamati bangunan yang telah ada, maka yang terjadi adalah arsitektur yang
memperngaruhi perilaku atau membentuk perilaku. Lokasi pengamatan berada di
Panti Asuhan Ar-Rahim Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Kondisi
Eksisting Panti Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Permasalahan pada Panti Asuhan
Ar-Rahim ini yaitu tidak tersedianya keamanan yang cukup untuk melindungi anak-anak
dari lingkungan luar. Tidak tersedianya pembatas yang nyata antara lingkungan
panti asuhan dengan lingkungan sekitarnya bisa membuat anak-anak bermain
melewati lingkungan yang ada. Hal tersebut tentunya membuat anak bisa bermain
melewati lingkungan yang aman.
Gambar lingkungan sekitar panti asuhan
Ketika memasuki lingkungan
panti asuhan terlihat aktivitas anak-anak untuk mengisi waktu luangnya pada
sore hari yaitu dengan bermain sepak bola pada lapangan dari tanah tanpa
rumput. Mereka bermain bola tanpa alas kaki. Ada juga yang bermain bola sambil
bercanda dengan temannya, dan ada pula yang bermain bola sambil membawa
makanan. Mereka bermain bola sampai mengenai dinding bangunan panti asuhan.
Gambar aktivitas bermain bola
Selain anak-anak yang bermain
bola, ada pula mereka yang menonton anak-anak tersebut bermain bola. Mereka
duduk-duduk di sekitar halaman mushala, yaitu tepat berada diatas bantu pondasi
penahan tanah mushala. Ada yang duduk-duduk sambil mengangkatkan kakinya,
adapula yang sambil makan, ada yang sambil bercerita dengan teman, ada yang
duduk bersila di atas batu tersebut.
Gambar aktivitas duduk di halaman mushala
Ketika datang ke bangunan
panti asuhan ada kendaraan yang diparkirkan di teras bangunan, tepat berada di
depan kamar anak-anak. Parkir kendaraan yang seharusnya tidak boleh menyentuh
teras bangunan. Selanjutnya peletakkan alas kaki yang sembarangan dan tidak
jelasnya batas yang boleh dilalui oleh alas kaki atau tidak, sehingga cukup
membingungkan harus melepas alas kaki atau tidak.
Gambar kendaraan yang parkir di teras
Gambar peletakkan sendal yang sembarangan
Ada beberapa anak yang baru
pulang dari sekolah. Mereka jalan melalui semak-semak di sebelah kanan
bangunan. Seharusnya mereka melewati jalan utama. Karena melewati semak-semak
cukup berbahaya bisa terdapat binatang berbahaya yang mengancam.
Mereka yang pulang dari
sekolah ada yang sambil bercanda dengan temannya, ada pula yang sambil makan
makanan ringan, ada yang sambil berlari-lari masuk ke dalam kamar, dan ada yang
tidak sabaran membuka jilbabnya sebelum masuk ke bangunan panti asuhan. Sebelum
memasuki bangunan panti asuhan mereka ada yang meletakkan sepatunya di teras
halaman, dan ada yang membawanya kedalam kamar.
Kegiatan selanjutnya yaitu
aktivitas mencuci anak laki-laki yang di lakukan di tempat wudlu mushala. Hal
tersebut tentunya kurang tepat dilakukan. Karena akan menyebabkan tempat wudlu
menjadi tidak bisa digunakan jika ada yang ingin sholat disana. Selain itu
kurang tepat jika hal tersebut dilihat orang lain. Mereka ada yang mencuci
sambil bernyanyi-nyanyi dan ada pula yang sambil bercanda dengan kawannya.
Gambar tempat wudlu yang dijadikan tempat mencuci anak
laki-laki
Aktivitas selanjutnya ada
anak-anak yang makan sambil duduk-duduk di halaman masjid. Mereka makan makanan
ringan sambil bercanda bersama teman dan sekaligus menonton temannya yang
sedang bermain bola. Ada pula mereka yang makan sambil berdiri.
Gambar anak-anak yang sedang makan di halaman
Aktivitas lainnya yaitu ada
anak yang belajar di sekitar area kamar mereka. Ada yang belajar tepat di depan
pintu kamar mereka. Mungkin dikarenakan pencahayaan yang kurang untuk belajar
di dalam kamar. Mereka belajar sambil menjulurkan kaki.
Gambar anak yang sedang balajar di depan kamar
Solusi
Desain Panti Asuhan Ar-Rahim Pekanbaru
Untuk mewadahi lingkungan dan
membatasi perilaku dibutuhkan batas yang nyata antara lingkungan sekitar dengan
lingkungan panti asuhan. Maka solusi yang ditawarkan yaitu dengan membuat pagar
secara nyata. Selain untuk membatasi perilaku pagar juga sebagai keamanan untuk
anak-anak yang bermain. Pagar ini juga berfungsi untuk mencegah anak-anak masuk
melalui semak-semak.
Gambar pagar pelindung panti asuhan
Untuk mewadahi aktivitas
bermain bola, dibutuhkan pengaturan orientasi lapangan agar si anak tidak lagi
menendang bola mengarah ke bangunan, seperti pemberian gawang yang menagarah ke
samping dan pemberian pelindung pada sisi dinding bangunan sehingga bermain
bola tidak langsung mengenai bangunan. Penambahan lapangan pada sisi lain
bangunan bisa menjadi pertimbangan untuk memperluas area bermain anak.
Gambar orientasi lapangan dan pembatas lapangan
Gambar penambahan lapangan pada sisi lain
Bermain bola tanpa sepatu
tentunya akan membuat lantai kotor setelah mereka selesai bermain. Perlu di
berikan tempat untuk mencuci kaki sebelum mereka masuk ke dalam bangunan panti
asuhan.
Gambar tempat pencuci kaki sebelum masuk ke bangunan
Banyak anak-anak yang senang
berada di luar kamar ketika sore hari. Mereka senang untuk duduk-duduk di
sekitaran halaman mushala untuk menikmati sore hari mereka. Untuk itu dibuat
tempat duduk yang lebih nyaman di lengkapi dengan tempat tanaman diatasnya.
Gambar tempat duduk dengan taman
Untuk mengatasi kendaraan yang
parkir di teras bangunan diperlukan pembatas dan penempatan kendaraan yang agak
jauh dari bangunan untuk menghindari kendaraan masuk ke teras bangunan.
Pemindahan parkir ini juga sebagai pengaman karena banyak anak-anak yang
bermain disekitar halaman panti asuhan.
Gambar pengahalang kendaraan
Gambar peletakkan parkir kendaraan
Untuk peletakkan alas kaki,
solusi yang ditawarkan yaitu dengan membuat tempat alas kaki dengan tempat
duduknya agar lebih nyaman untuk diletakkan.
Gambar tempat alas kaki dengan tempat duduk
Untuk mengatasi masalah
mencuci di tempat wudlu mushala, perlu dilakukan pemindahan tempat mencuci
menjadi di dekat dengan kamar mandi laki-laki. Solusi yang ditawarkan yaitu
dengan memperbesar ruang kamar mandi ditambah dengan tempat mencuci untuk
mereka.
Gambar penambahan ruang pada kamar mandi laki-laki
Untuk membuat anak-anak nyaman
untuk makan dan belajar diperlukan ruang luar yang dibuat nyaman agar anak-anak
senang berada di sana. Tempat-tempat yang menyenagkan untuk belajar akan
membuat mereka lebih asik untuk membaca dan belajar. Karena anak-anak lebih senang
belajar di tempat yang membuat mereka nyaman dan rileks. Terutama pada ruang
luar yang hijau maupun biru.
Gambar penambahan ruang untuk belajar maupun makan
anak-anak
Kesimpulan
Perilaku anak-anak yang kadang
susah diprediksi membuat penggunaan pagar untuk lingkungan diperlukan. Selain
untuk sebagai pengaman. Pagar juga untuk merubah perilaku anak-anak yang ingin
masuk ke lignkungan panti asuhan melewati semak-semak menjadi melewati pintu
utama.
Aktivitas bermain bola tanpa
sepatu dan terkadang suka menendang sesuka hatinya harus dibatasi dengan
mengubah orientasi lapangan, menambah pembatas antara lapangan dengan bangunan
dan bisa juga dengan menambah lapangan lain pada sisi bangunan. Setelah bermain
bola tanpa alas kaki diperlukan juga tempat mencuci kaki untuk mencegah lantai
kotor ketika anak-anak masuk kedalam bangunan.
Aktivitas duduk-duduk santai
di halaman masjid terjadi karena kurangnya tempat untuk mereka duduk menikmati
sore hari. Dibutuhkan tempat untuk mereka duduk lebih nyaman. Dibuatlah tempat
duduk sekaligus tempat tanaman sehingga mereka yang duduk disana bisa merasa
lebih nyaman.
Karena parkir kendaraan masuk
kedalam teras, maka diperlukan pembatas agar kendaraan tidak masuk kedalam
bangunan. Selain itu pemindahan lokasi parkir juga bisa dilakukan. Selain untuk
mencegah masuk kedalam bangunan juga untuk keamanan anak-anak bermain.
Untuk peletakkan alas kaki
dibutuhkan tempat agar tidak sembarangan meletakkan alas kaki. Penambahan
tempat alas kaki dengan tempat duduk bisa menjadi solusi untuk mempernyaman
dalam meletakkan alas kaki.
Permasalahan mencuci di tempat
wudlu bisa di atasi dengan menambah luas kamar mandi laki-laki ditambah dengan
tempat mencuci. Sehingga untuk mencuci tidak perlu jauh ke tempat wudlu
mushala. Cukup di kamar mandi saja.
Penambahan ruang luar untuk
anak-anak makan belajar lebih nyaman. Dengan penataan taman, dan penambahan
kolam akan membuat anak-anak lebih senang dan nyaman berada di sana.
Pada Panti Asuhan Ar-Rahim
terlihat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh arsitektur sebagai wadah yang
menaunginya. Maka dari itu untuk memperbaiki perilaku manusia bisa dengan
menata atau mendesain ulang arsitektur sebagai wadahnya. Agar terciptanya
kenyamanan pada perilaku manusia yang melakukannya dan lebih sesuai.
Referensi:
https://machalulardianto.wordpress.com/2014/03/19/definisi-arsitektur-berwawasan-perilaku/
diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html
diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB
http://dianifan.blogspot.co.id/2012/08/panti-asuhan.html
diakses pada tanggal 14-Desember-2015 pukul 20.00 WIB
unduh file disini