Tinjauan Pustaka | Studi Kasus | Identifikasi | Karya | Referensi | Arsitektur dan Lainnya
Thursday, November 24, 2016
Browse » Home »
Arsitektur
,
Pencahayaan
,
Rekayasa Pencahayaan
,
Studi Literatur
» SISTEM PENCAHAYAAN BANGUNAN
SISTEM PENCAHAYAAN BANGUNAN
Sejak dimulainya
peradaban hingga sekarang, manusia menciptakan cahaya hanya dari api, walaupun
api memiliki lebih banyak sumber panas dari pada cahaya. Di abad ke 21 ini kita
masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui
lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan
menjadi lebih canggih dan beraneka ragam.
Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian
energi oleh penerangan adalah 20-45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan
komersial dan sekitar 3-10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri.
Oleh karena begitu banyaknya penggunaan energy yang digunakan pada pencahayaan
sebuah bangunan dan semakin memburuknya kondisi bumi akibat penggunaan energy
yang berlebihan maka perlu dilakukan penghematan energy dalam segala aspek
kehidupan demi masa depan yang lebih baik lagi.
Pencahayaan merupakan
salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan
berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan
orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Di dalam arsitektur
pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian penting yang selalu
diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan alami mampu menciptakan ruangan
secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa
yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupun
kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya.
Pencahayaan alami pada
ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi
estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai dengan fungsi ruangan berakibat pada
tidak berjalan dengan baik kegiatan yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit
menyebabkan ruang tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahayaan yang terlalu
terang akan meyebabkan silau dan kurang baik bagi mata.
Kenyamanan berada pada
suatu ruangan dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan dalam ruangan
tersebut. Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruangan,pencahayaan dapat
dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus dari
sudut-sudut ruang.
Sistem
Pencahayaan Bangunan
Menurut sumber cahayanya
pencahayaan pada bangunan dibagi menjadi 2, yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memanfaatkan
sumber cahaya alami yaitu matahari sedangkan pencahayaan buatan adalah
pencahayaan yang memanfaatkan sumber cahaya buatan seperti lampu.
Pada dasarnya sistem
pencahayaan bangunan dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Sistem pencahayaan merata
Sistem ini memberikan
tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual
yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan
yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur
secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langitlangit.
2.
Sistem pencahayaan setempat
Sistem ini memberikan
tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Ditempat yang
diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan
yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya.
Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada
langit-langit di atas tempat tersebut.
3.
Sistem pencahayaan gabungan merata dan
setempat.
Sistem pencahayaan
gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem
pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.
Sistem pencahayaan
gabungan dianjurkan digunakan untuk :
1.
Tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan yang tinggi.
2.
Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang
memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.
3.
Pencahayaan merata terhalang, sehingga
tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut.
4.
Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan
untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.
Jenis-Jenis
Alat Penerangan
Berbicara soal system
pencahayaan pada bangunan tidak bisa dipisahkan dengan jenis penerangan yang
biasa digunakan pada sebuah bangunan, berikut adalah macam-macam jenis-jenis
alat penerangan yang biasa digunakan dalam bangunan:
1.
Lampu
Pijar (GLS)
Lampu pijar menghasilkan
cahayanya dengan pemanasan listrik dari kawat filamennya pada temperatur yang
tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spektrum
radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari :
• Filamen
Makin tinggi temperatur
filamen, makin besar energi yang jatuh pada spectrum radiasi tampak dan makin
besar efikasi dari lampu. Pada saat ini jenis filament yang dipakai adalah
tungsten.
• Bola lampu
Filamen suatu lampu pijar
ditutup rapat dengan selubung gelas yang dinamakan bola lampu. Bentuk bola
lampu bermacam-macam dan juga warna gelasnya. Bentuk bola (bentuk A), jamur
(bentuk E), bentuk lilin dan lustre dengan bola lampu bening, susu atau buram
dan dengan warna merah, hijau, biru atau kuning
• Gas pengisi
Penguapan filamen
dikurangi dengan diisinya bola lampu dengan gas inert. Gas yang umumnya dipakai
adalah Nitrogen dan Argon.
• Kaki lampu
Untuk pemakaian umum,
tersedia dua jenis yaitu : kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet, yang
diindentifikasikan dengan huruf E (edison) dan B (Bayonet), selanjutnya diikuti
dengan angka yang menyatakan diameter kaki lampu dalam milimeter (E27, E14dan
lain-lain). Bahan kaki lampu dari alumunium atau kuningan.
Lampu pijar bertindak
sebagai ‘badan abu-abu’ yang secara selektif memancarkan radiasi, dan hampir
seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau
berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun
tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten
yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan
adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat
molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa
dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan perbandingan
9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus seperti lampu
sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi kenaikan harga,
dan jika penampilan merupakan hal yang penting.
Gas yang terdapat dalam
bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang
rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam
kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang
dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika patahnya kawat pijar merupakan
akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan sekering tidak begitu halnya.
Ciri-ciri :
a.
Efficacy (12 lumens/Watt)
b.
Indeks Perubahan Warna (1A)
c.
Suhu Warna - Hangat (2.500K – 2.700K)
d.
Umur Lampu (1-2.000 jam)
2. Lampu Tungsten—Halogen
Lampu halogen adalah
sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti lampu
pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas
halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke
dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada
dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola
lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak
kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah.
Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan
ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat
sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu
turun secara tajam.
Ciri-ciri:
a.
Efficacy (18 lumens/Watt)
b.
Indeks Perubahan Warna (1A)
c.
Suhu Warna – Hangat (3.000K-3.200K)
d.
Umur Lampu (2-4.000 jam)
Kelebihan:
a.
Lebih kompak
b.
Umur lebih panjang
c.
Lebih banyak cahaya
d.
Cahaya lebih putih (suhu warna lebih
tinggi)
Kekurangan
a.
Lebih mahal
b.
IR meningkat
c.
UV meningkat
d.
Masalah handling
3. Lampu Neon
Lampu neon, 3 hingga 5
kali lebih efisien dari pada lampu pijar standar dan dapat bertahan 10 hingga
20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan
menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai
dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri
bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau,
namun kebanyakan akan berupa UV pad 253,7nm dan 185nm.
Bagian dalam dinding kaca
memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan
meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%.
Tabung neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode dipanaskan sebagai
bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah
lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan
elektron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi
pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda
kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil,
biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang
kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini memungkinkan tekanan merkuri optimum berada
pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan
luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak.
Pengaruh suhu
Operasi lampu yang paling
efisien dicapai bila suhu ambien berada antara 20 dan 30°C untuk lampu neon.
Suhu yang lebih rendah menyebabkan penurunan tekanan merkuri, yang berarti
bahwa energi UV yang diproduksi menjadi semakin sedikit; oleh karena itu, lebih
sedikit energy UV yang berlaku sebagai fospor sehingga sebagai hasilnya cahaya
yang dihasilkan menjadi sedikit. Suhu yang tinggi menyebabkan pergeseran dalam
panjang gelombang UV yang dihasilkan sehingga akan lebih dekat ke spektrum
tampak. Makin panjang panjang gelombang UV akan makin sedikit pengaruhnya
terhadap fospor, dan oleh karena itu keluaran cahaya pun akan berkurang.
Pengaruh keseluruhannya adalah bahwa keluaran cahayanya jatuh diatas dan
dibawah kisaran suhu ambien yang optimal.
Ciri-ciri:
1.
Halofosfat
• Efficacy (80 lumens/Watt (gir HF menaikan
nilai ini sebesar 10%))
• Indeks Perubahan Warna (2-3)
• Suhu Warna (apa saja)
• Umur Lampu (7-15.000 jam)
2.
Tri-fosfor
• Efficacy (90 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (1A-1B)
• Suhu Warna (apa saja)
• Umur Lampu (7-15.000 jam)
Lampu neon kompak yang
tersedia saat ini membuka seluruh pasar bagi lampu neon. Lampu-lampu ini
dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat bersaing dengan lampu pijar
dan uap merkuri di pasaran lampu dan memiliki bentuk bulat atau segi empat.
Produk di pasaran tersedia dengan gir pengontrol yang sudah terpasang (GFG)
atau terpisah (CFN).
Ciri-ciri:
• Efficacy (60 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (1B)
• Suhu Warna (Hangat, Menengah)
• Umur Lampu (7-10.000 jam)
4. Lampu Sodium
a. Lampu Sodium Tekanan Tinggi
Lampu sodium tekanan
tinggi (HPS) banyak digunakan untuk penerapan di luar ruangan dan industri.
Efficacy nya yang tinggi membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik daripada
metal halida, terutama bila perubahan warna yang baik bukan menjadi prioritas.
Lampu HPS berbeda dari lampu merkuri dan metal halida karena tidak memiliki
starter elektroda; sirkuit balas dan starter elektronik tegangan tinggi. Tabung
pemancar listrik terbuat dari bahan keramik, yang dapat menahan suhu hingga
2372F.
Didalamnya diisi dengan
xenon untuk membantu menyalakan pemancar listrik, juga campuran gas sodium –
merkuri.
Ciri-ciri:
• Efficacy (50 - 90 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (1 – 2)
• Suhu Warna (Hangat)
• Umur Lampu (24.000 jam, perawatan lumen
yang luar biasa)
• Pemanasan (10 menit), pencapaian panas
(dalam waktu 60 detik)
• Mengoperasikan sodium pada suhu dan
tekanan yang lebih tinggi menjadikan sangat reaktif.
• Mengandung 1-6 mg sodium dan 20 mg merkuri
• Gas pengisinya adalah Xenon. Dengan
meningkatkan jumlah gas akan menurunkan merkuri, namun membuat lampu jadi sulit
dinyalakan.
• Arc tube (tabung pemacar cahaya) didalam
bola lampu mempunyai lapisan pendifusi untuk mengurangi silau.
• Makin tinggi tekanannya, panjang
gelombangnya lebih luas, dan CRI nya lebih baik, efficacy nya lebih rendah.
b. Lampu Sodium Tekanan Rendah
Walaupun lampu sodium
tekanan rendah (LPS) serupa dengan sistim neon (sebab keduanya menggunakan
sistim tekanan rendah), mereka umumnya dimasukkan kedalam keluarga HID. Lampu
LPS adalah sumber cahaya yang paling sukses, namun produksi semua jenis
lampunya berkualitas sangat jelek. Sebagai sumber cahaya monokromatis, semua
warna nampak hitam, putih, atau berbayang abu-abu. Lampu LPS tersedia dalam
kisaran 18-180 watt. Penggunaan lampu LPS umumnya hanya untuk penggunaan luar
ruang seperti penerangan keamanan atau jalanan dan jalan dalam gedung,
penggunaan watt nya rendah dimana kualitas warnanya tidak penting (seperti
ruangan tangga). Walau demikian, karena perubahan warnanya sangat buruk,
beberapa daerah tidak mengijinkan penggunaan lampu tersebut untuk penerangan
jalan raya.
Ciri-ciri:
• Efficacy (100 – 200 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (3)
• Suhu Warna (Kuning (2.200K))
• Umur Lampu (16.000 jam)
• Pemanasan (10 menit), pencapaian panas (sampai 3 Menit)
5. Lampu Uap Merkuri
Lampu uap merkuri
merupakan model tertua lampu HID. Walaupun mereka memiliki umur yang panjang
dan biaya awal yang rendah, lampu ini memiliki efficacy yang buruk (30 hingga
65 lumens per watt, tidak termasuk kerugian balas) dan memancarkan warna hijau
pucat. Isu paling penting tentang lampu uap merkuri adalah bagaimana caranya
supaya digunakan jenis sumber HID atau neon lainnya yang memiliki efficacy dan
perubahan warna yang lebih baik. Lampu uap merkuri yang bening, yang
menghasilkan cahaya biru-hijau, terdiri dari tabung pemancar uap merkuri dengan
elektroda tungsten di kedua ujungnya. Lampu tersebut memiliki efficacy terendah
dari keluarga HID, penurunan lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang
rendah. Disebabkan karakteristik tersebut, lampu jenis HID yang lain telah
menggantikan lampu uap merkuri dalam banyak penggunaannya. Walau begitu, lampu
uap merkuri masih merupakan sumber yang populer untuk penerangan taman sebab
umur lampunya yang mencapai 24.000 jam dan bayangan taman yang hijaunya
terlihat seperti gambaran hidup. Pemancar disimpan di bagian dalam bola lampu
yang disebut tabung pemancar. Tabung pemancar diisi dengan gas merkuri dan
argon murni. Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada
diluarnya, yang diisi dengan nitrogen.
Ciri-ciri:
• Efficacy (50 - 60 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (3)
• Suhu Warna (Menengah)
• Umur Lampu (16.000 – 24.000 jam)
• Gir pengendali alat elektroda ketiga lebih
sederhana dan lebih mudah dibuat. Beberapa negara telah menggunakan MBF untuk
penerangan jalan dimana lampu kuning SOX dianggap tidak pantas.
• Tabung pemancar
mengandung 100 mg gas merkuri dan argon.
Pembungkusnya
adalah pasir kwarsa.
• Tidak terdapat pemanas awal katoda,
elektroda ketiga dengan celah yang lebih pendek untuk memulai pelepasan
• Bola lampu bagian luar dilapisi fospor.
Hal ini akan memberi cahaya merah tambahan dengan menggunakan UV, untuk
mengkoreksi bias pelepasan merkuri.
• Pembungkus kaca bagian luar mencegah
lepasnya radiasi UV
6. Lampu Kombinasi
Lampu kombinasi kadang
disebut sebagai lampu two-in-one. Lampu ini mengkombinasikan dua sumber cahaya
yang tertutup dalam satu lampu yang diisi gas. Salah satu sumbernya adalah
tabung pelepas merkuri kuarsa (seperti sebuah lampu merkuri) dan sumber lainnya
adalah kawat pijar tungsten yang disambungkan secara seri. Kawat pijar ini
bertindak sebagai balas untuk tabung pelepasan yang menstabilkan arus, jadi
tidak diperlukan balas yang lain.
Kawat pijar tungsten
digulung dengan susunan melingkar pada tabung pelepasan dan dihubungkan dalam
susunan seri. Lapisan bubuk fluorescent diletakkan ke bagian dalam dinding
lampu untuk mengubah sinar UV yang dipancarkan dari tabung pelepas ke cahaya
nampak. Pada penyalaan, lampu hanya memancarkan cahaya dari kawat pijar
tungsten, dan selama perjalanan sekitar 3 menit, pemancar didalam tabung
pelepas melesat mencapai keluaran cahaya penuh. Lampu ini cocok untuk area anti
nyala dan dapat disesuaikan dengan perlengkapan lampu pijar tanpa modifikasi.
Ciri-ciri
• Nilainya biasanya 160 W
• Efficacy 20 hingga 30 Lm/W
• Faktor daya tinggi 0,95
• Umur 8000 jam
7. Lampu Metal Halida
Halida bertindak sama
halnya dengan siklus halogen tungsten. Manakala suhu bertambah maka terjadi
pemecahan senyawa halida melepaskan logam ke pemancar. Halida mencegah dinding
kuarsa diserang oleh logam-logam alkali.
Ciri-ciri
• Efficacy (80 lumens/Watt)
• Indeks Perubahan Warna (1A – 2) tergantung
pada campuran halide
• Suhu Warna (3.000K – 6.000K)
• Umur Lampu (6.000 – 20.000 jam)
• Pemanasan (2-3 menit), pencapaian panas
(dalam waktu 10-20 menit)
• Pemilihan warna, ukuran, dan nilainya
lebih besar untuk MBI daripada jenis lampu lainnya. Jenis ini merupakan versi
yang dikembangkan dari dua lampu pelepas dengan intensitas tinggi, dan
cenderung memiliki efficacy yang lebih baik
• Dengan menambahkan logam lain ke merkuri,
spektrum yang berbeda dapat dipancarkan
• Beberapa lampu SBI menggunakan elektroda
ketiga untuk memulai penyalaan, namun untuk yang lainnya, terutama lampu peraga
yang lebih kecil, memerlukan denyut penyalaan tegangan tinggi
8.
Lampu LED
Lampu LED merupakan lampu
terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Ketika lampu LED
memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka
dapat memproduksi “cahaya putih”. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan
merah-biru hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari
40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk
banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya
dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif.
Walaupun masih dalam masa
perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan
menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu lintas, pasar yang kuat
untuk LED, sinyal lalu lintas warna merah menggunakan lampu 10W yang setara
dengan 196 LEDs, menggantikan lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai
perkiraan potensi penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk
pengganti LED, diproduksi dalam berbagai bentuk termasuk batang ringan, panel
dan sekrup dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing,
memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonus
keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada gilirannya mengurangi
perawatan.
Kesimpulan
Menurut sumber cahayanya
pencahayaan pada bangunan dibagi menjadi 2, yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Pada dasarnya sistem pencahayaan bangunan dapat
dikelompokkan menjadi: sistem pencahayaan merata, sistem pencahayaan setempat,
sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat. Sistem pencahayaan gabungan
dianjurkan digunakan untuk: tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan
yang tinggi, memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang
dari arah tertentu, pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai
pada tempat yang terhalang tersebut, tingkat pencahayaan yang lebih tinggi
diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.
Soal sistem pencahayaan
pada bangunan tidak bisa dipisahkan dengan jenis penerangan yang biasa
digunakan pada sebuah bangunan seperti: lampu pijar, lampu tungsten—halogen,
lampu neon, lampu sodium, lampu uap merkuri, lampu kombinasi, lampu metal
halida, dan lampu LED.
Sekarang dengan semakin
memburuknya kondisi bumi akibat penggunaan energy yang berlebihan mau tidak mau
memaksa sebagian besar masyarakat dunia berlomba-lomba menghemat penggunaan
energy demi masa depan yang lebih baik lagi. Berikut adalah berbagai cara untuk
mengefisiensikan energy dalam bangunan yang berkaitan dengan pencahayaan
bangunan seperti: penggunaan pencahayaan alami siang hari, pencahayaan tugas
khusus, pemilihan lampu dan pencahayaan yang berefisiensi tinggi, pengurangan
tegangan pengumpan pencahayaan, balass elektronik, kehilangan kecil chokes
elektromagnetik untuk cahaya tabung, pencatat waktu, saklar malam & sensor
penempatan, dan perawatan lampu
Saran
Dengan mempelajari sistem
pencahayaan pada bangunan setidaknya kita akan lebih mengetahui cara untuk
memberikan efek visual pada sebuah bangunan di mana agar pencahayaan pada
bangunan tidak hanya sekedar menarik untuk di lihat namun juga efektif untuk di
presentasikan kepada pengguna.
Isu yang paling penting
pada abad 21 ini adalah penggunaan energi, di mana energi sebagian besar habis
di gunakan untuk penggunaan cahaya pada sebuah bangunan, cahaya merupakan hal
yang sangat penting bagi manusia dan sekaligus pada bidang arsitektur akan
memaksakan penggunaan energi melalui penggunaan pencahayaan pada bangunan, di
sini kita di tuntut agar dapat tetap menghasilkan efek visual yang bagus dan
menarik namun tetap efisien dalam pengaplikasiannya dan penggunaannya agar
tidak hanya arsitektur yang estetis namun juga arsitektur yang ramah terhadap
lingkungan sekitarnya.
Referensi:
https://id.scribd.com/doc/110347843/Sistem-Pencahayaan-bangunan-Dan-penghemat-Energi