Sunday, November 27, 2016

APA SEBENARNYA ARSITEKTUR ITU?

Teori-teori tentang apakah sebenarnya arsitektur itu meliputi identifikasi variable-variable penting seperti ruang, struktur, atau proses-proses kemasyarakatan yang dengan pengertian demikian bangunan seharusnya dilihat atau dinilai. umpamanya, Bruno Zevi menganjurkan suatu teori arsitektur dimana ruang merupakan suatu unsur pokok: "Memahami ruang, mengetahui bagaimana melihatnya, merupakan kunci untuk mengerti bangunan.
Mereka yang memasuki penjelajahan yang lebih rumit kedalam kesatuan organik manusia dan struktur pertama-tama akan sependapat bahwa titik tolak mereka untuk suatu pandangan terpadu yang luas tentang arsitektur ialah penafsiran tentang ruang, dan mereka akan mengukur setiap unsur yang masuk kedalam bangunan yang menurut ruang diliputinya.
Dalam menganjurkan cara-cara khusus untuk memandang arsitektur, para ahli teori seringkali mendasarkan diri pada analogi. Umpamanya, kita diberi penjelasan bahwa arsitektur seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang "organik", atau bahwa ia merupakan "bahasa", atau bahwa ia "mirip mesin". Analogi-analogi seperti ini memberikan jalan untuk mengatur tugas tugas perancangan dalam tatanan hirarki, sehingga arsitek dapat mengetahui hal-hal mana dapat dibiarkan pada tahap berikutnya dari proses perancangan.
Berikut ini adalah beberapa analogi yang berulang-ulang digunakan oleh para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur:


Analogi Matematis
Beberapa ahli teori berpendapat bahwa ilmu hitung dan geometri merupakan dasar penting bagi pengambilan keputusan dalam arsitektur. mereka yakin bahwa bangunan yang dirancang menurut bentuk -bentuk murni dan angka-angka primer atau lambang akan sesuai dengan tatanan alam semesta:
Arsitektur adalah permainan massa yang luar biasa, tepat, dan dahsyat dalam cahaya. Mata kita diciptakan untuk melihat bentuk-bentuk dalam cahaya; cahaya dan bayangan mengungkapkan bentuk-bentuk ini; kubus, kerucut, bulatan, silinder, atau piramida adalah bentuk-bentuk primer utama yang diungkapkan cahaya hingga terlihat dengan baik; Citra benda-benda ini jelas dan nyata didalam diri kita dan tanpa keraguan. Karena alasan itulah bentuk-bentuk ini merupakan bentuk-bentuk yang indah, bentuk-bentuk yang paling indah.
"Penampang emas" atau "nomor emas" paling sering disebut sebagai paduan tepat untuk rancangan arsitektur. Yaitu perbandingan 1:1,618.

 
Analogi Biologis
"Membangun adalah proses biologis... membangun bukanlah proses estetis." Teori arsitektur yang didasarkan atas analogi biologis mempunyai dua bentuk. Yang satu sangat umum dan memusatkan bangunan dan ronanya. Mengikuti rintisan Frank Lloyd Wright, hal ini umum disebut sebagai "organik". Bentuk lain dari analogi ini yang lebih khusus disebut "biomorfik", yang memusatkan perhatian pada proses pertumbuhan dan kemampuan pergerakan yang berkaitan dengan organisme

Analogi Romantik
Ciri pokok dari arsitektur romantik adalah bahwa ia bersifat mengemban. Ia mendatangkan atau melancarkan tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Ini dilakukan dengan dua cara-dengan menimbulkan asosiasi, rancangan romantik akan mengacu pada alam (baik dalam bentuk rona alam maupun dalam bentuk proses alami, seperti pembusukan), masa lalu, tempat-tempat eksotis, benda primitif, atau asosiasi masa kanak-kanak. Sebuah Hotel di California merupakan contoh penggunaan di pertengahan abad 20 dari sebagian besar asoasi-asosiasi ini.

Analogi Linguistik
Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara berikut:
  1. Model Tatabahasa.
  2. Model Ekspresionis
  3. Model Semiotik   

Analogi Mekanik
Penegasan Le Cobusier bahwa rumah adalah sebuah mesin untuk dihuni memberikan contoh penggunaan analogi mekanik dalam arsitektur. Keterangannya dan kegunaan-kegunaan lain dari analogi menganggap bahwa bangunan, seperti mesin, seyogyanya hanya menyatakan apa sesungguhnya mereka dan apa yang mereka lakukan. Seyogyanya mereka tidak menyembunyikan fakta-fakta ini dengan hiasan yang tidak relevan dalam bentuk gaya. sebuah bangunan modern "harus setia pada dirinya sendiri, tentunya tembus pandang dan bersih dari kedustaan atau hal-hal sepele, untuk menyesuaikan dengan dunia mekanisasi dan penguatan cepat kita sekarang.


Analogi Pemecahan Masalah
"Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih banyak penalaran dari pada ilham, dan lebih banyak pengetahuan dari pada semangat". Walaupun ada kalanya disebut sebagai pendekatan rasionalis, logis, sistematik, atau parametrik terhadap perancangan arsitektur, metode pemecahan masalah beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan lingkungan merupakan masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis seksama dan prosedur-prosedur khusus dirumuskan untuk itu. Merancang tidak dianggap sebagai proses intuitif yang bercirikan ilham saja, tapi sebagai proses langkah demi langkah yang tergantung pada informasi yang padat. Suatu persyaratan dari metode-metode perancangan yang sering demikian adalah bahwa masalahnya harus dinyatakan secara baik dan khusus. Suatu ciri lain dari metode-metode pemecahan masalah dalam perancangan adalah prosedur seksama dan terpadu. Agar dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikit-dikitnya tiga tahapan: analisa, sintesis, dan evaluasi.

Analogi Adhocis
Bila pandangan seorang tradisionalis mengenai arsitektur akan menyatakan bahwa tugas perancang adalah memilih unsur-unsur yang layak dan membentuknya untuk memperkirakan suatu cita-cita, pendekatan adhocis ditujukan untuk menanggapi kebutuhan langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tanpa mengacu kepada suatu cita-cita. Tidak ada pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut; apa saja dapat dipakai.

Analogi Bahasa Pola
Bila kita sadari bahwa manusia secara biologis adalah serupa, dan bahwa suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk perilaku dan untuk bangunan, logislah untuk menyimpulkan bahwa perancangan arsitektur mungkin semata-mata merupakan tugas mengidentifikasi pola-pola baku dari kebutuhan dan jenis-jenis baku dari tempat untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan itu. Pendekatan tipologis atau pola menganggap bahwa hubungan-hubungan lingkungan-perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan-satuan yang digabungkan oleh perancang untuk membuat sebuah bangunan atau suatu rona kota.

Analogi Dramaturgi
Kegiatan-kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai teater ("Seluruh dunia adalah panggung"), dan karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memainkan peranan, dan demikian pula bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan yang menunjang pergelaran panggung. Orang hanya perlu mencantumkan dalam daftar beberapa istilah dramaturgi yang digunakan oleh para arsitek dan kritikus untuk melihat bagaimana meresapnya analogi ini: rona perilaku, daerah dibelakang layar (panggung), peranan, petunjuk peranan, diatas pentas, latar belakang, dan garis-garis pandangan.
Analogi dramaturgi digunakan dengan dua cara - dari titik pandang para aktor, dan dari titik pandang dramawan.

  

Referensi:
Snyder, J. C., & Catanese, A. J. 1984. Pengantar Arsitektur. Erlangga, Jakarta

Artikel Terkait