Sunday, November 27, 2016

PRIVACY, KEPADATAN, KESESAKAN, DAN STRESS

Apakah yang menjadi hasrat individu dan kelompok yang berbeda-beda untuk keleluasaan pribadi (privacy) versus interaksi sosial? Adakah perbedaan antara kepadatan, kesesakan (crowding), dan kepadatan yang dirasakan? Apakah hubungan antara variable-variable ini dan ketegangan jiwa (stress), artinya, dalam keadaan bagaimana orang merasakan stress karena bersesakan? Inilah beberapa pertanyaan yang harus diajukan para arsitek, terutama dalam konteks perumahan massal yang berkepadatan tinggi, tapi juga dalam perancangan banyak tipe kelembagaan.

Privacy dapat didefinisikan sebagai tuntutan orang perorangan, kelompok, atau kelembagaan untuk mengendalikan jalan masuk menuju mereka sendiri dan sejauh mana informasi tentang mereka sendiri akan disampaikan. Jadi, Privacy berlaku untuk bermacam-macam unit sosial.
Interaksi dan komunikasi sosial adalah lawan privacy. Chermayeff dan alexander mengembangkan suatu bagan yang terdiri dari enam bidang komunitas dan privacy, mulai dari ruang pribadi individu sampai ke ruang umum. Bagan ini dapat diterapkan pada analisis tentang perumahan yang ada dan rancangan perumahan baru, dan pada tipe perilaku lain. Bidang-bidangnya adalah sebagai berikut:
  1. Daerah pribadi perseorangan, sehubungan dengan orangnya - umpamanya, suatu ruang pribadi seseorang.
  2. Daerah pribadi keluarga atau kelompok kecil sehubungan dengan kelompok - umpamanya, rumah tangga atau serangkaian kamar tidur.
  3. Daerah pribadi kelompok besar, sehubungan dengan kelompok sekunder - umpamanya, pengawasan pengelolaan privacy atas nama semua penghuni dalam suatu bangunan apartemen.
  4. Daerah umum kelompok besar, yang meliputi interaksi kelompok besar dengan umum - seperti kaki lima umum yang setengah diawasi atau suatu daerah kotak-kotak pos kelompok.
  5. Daerah setengah umum kota, yang mungkin diawasi pemerintah atau institusi dengan jalan masuk umum sesuai dengan keperluan - seperti bank, kantor pos, bandar udara, balai kota.
  6. Daerah umum kota, ditandai oleh pemilikan umum dan jalan masuk umum sepenuhnya - termasuk taman, tempat jalan-jalan, dan jalan raya.      
Ruang umum kota yang paling berhasil memasukkan semua bidang ini dalam suatu hirarki ruang komunitas dan pribadi yang tersusun. Suatu ruang setengah-umum kota yang baik akan menggabungkan ruang-ruang umum kelompok besar dan masing-masing dari bidang skala yang lebih kecil. Rancangan rumah keluarga atau kantor yang baik masih akan memakan di dalamnya tempat untuk privacy perorangan. Tidak mudah merancang privacy, walaupun hal itu sangat penting untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
Pada ujung berlawanan dari jajaran privacy-komunitas terdapat kepadatan dan kesesakan (crowding). Kepadatan adalah ukuran matematis dari jumlah orang per unit ruang. Dipihak lain, kesesakan merupakan suatu pengertian psikologis atau yang menunjuk kepada pengalaman yang terkurung, dirintangi, terhalang oleh kehadiran terlalu banyak orang. Kesesakan mungkin akibat kepadatan yang tinggi. Tapi yang lebih penting kesesakan merupakan fungsi kepadatan yang dirasakan, dan persepsi ini juga mengalami pengaruh suasana jiwa, kepribadian, dan konteks fisik.  
Altman telah memajukan suatu model yang menghubungkan privacy, ruang pribadi, teritorialitas, dan kesesakan. Dengan menganggap kesesakan sebagai akibat dari kegagalan mencapai tingkat privacy yang diinginkan, dikemukakannya bahwa mempertahankan ruang pribadi dan memperlihatkan perilaku teritorial merupakan dua mekanisme yang digunakan orang untuk mencapai tingkat privacy yang diinginkan dalam keadaan-keadaan bersesakan guna menghindari stress yang tidak semestinya. Seperti dikemukakan diatas, faktor-faktor fisik lain mengakibatkan kesesakan, dan mereka dipandang dengan cara yang serupa. orang juga menggunakan mekanisme penanggulangan lain, seperti merencanakan jadwal teratur bergiliran, menghindari daerah-daerah bersesakan, dan membuat rintangan suara atau pandangan.


Hubungan-hubungan antara privacy, ruang pribadi, teritorialitas, dan kesesakan (dari I. Altman, 1975).   


Referensi:

Snyder, J. C., & Catanese, A. J. 1984. Pengantar Arsitektur. Erlangga, Jakarta
 

Artikel Terkait