Thursday, November 24, 2016

KRITIK DALAM ARSITEKTUR



Kritik dalam arsitektur merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan. Ini meliputi semua tanggapan, bukan hanya tanggapan-tanggapan negatif. Kritik pada hakikatnya bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Pembedaan, bukan penilaian, adalah ciri pokok dari kritik.


Media
Media yang digunakan untuk merekam tanggapan jelas merupakan pertimbangan yang penting. Sementara kata-kata yang tertulis dalam sejarah adalah media yang lain-lain pun sama sahihnya. Suatu foto, kartun, atau seperangkat ukuran dapat efektif menjadi suatu rekaman yang mengemukakan segi pandangan dan perhatian kritikus. Sesungguhanya, ketergantungan sejarah kita pada kata tertulis tidak menguntungkan, karena beberapa jenis kritik tidak dapat disampaikan secara baik dalam media itu. Reaksi penduduk terhadap rancangan perumahan umum biasanya tidak akan dinyatakan secara tercetak tapi dalam bentuk lisan ataupun melalui perubahan yang dilaksanakan sendiri pada bangunan tersebut atau bahkan dengan cara kekerasan. Dengan mulai memandang kritik secara luas, lebih dari pendapat wartawan yang menulis sekali dalam seminggu di koran harian, kita akan lihat perlunya menggunakan dan memanfaatkan metode-metode lain untuk merekam tanggapan. Suatu pengertian yang lebih luas tentang kritik dan metode untuk menyampaikan tanggapan akan mempunyai rangkuman yang lebih panjang dan dampak yang lebih luas.

Metode
Dalam kritik, metode sama pentingnya dengan media. Kritikus yang mencampurkan metode-metode atau yang tidak memahami sifat dan potensi metode yang digunakannya akan menjadi kurang efektif. Berikut ini adalah metode-metode konvensional yang digunakan para kritikus untuk merekam tanggapan-tanggapan mereka terhadap lingkungan buatan.
1.        Kritik Normatif
2.        Kritik Penafsiran
a.         Kritik Evokatif
b.         Kritik Impresionistis
3.        Kritik Deskriptif
a.         Kritik Biografis
b.         Kritik Kontekstual

Pengamat (Audience)
Pada akhirnya, media dan metode haruslah dipandang dalam hubungannya dengan pengamat tertentu. Sebagaimana kita tidak akan berusaha meyakinkan sekelompok orang berbahasa Jerman dengan argumen-argumen yang disusun dalam bahasa Perancis dan Inggris, demikian pula tidaklah efektif untuk menyampaikan kritik kepada ilmuan sosial dalam bentuk kartu atau esai-esai pembelaan. Para pengamat untuk kritik arsitektur sangat beragam. Ada pengamat yang menjadi arsitek dari suatu bangunan. Dalam hal ini sang kritikus barangkali menyampaikan umpan balik pasca konstruksi, yaitu suatu tanggapan yang sesudah pembangunan selesai dan setelah bangunan itu ditempati. Pengamat lain adalah arsitek secara umum. Dalam hal ini sang kritikus akan melakukan generalisasi dari kasus-kasus khusus dengan harapan akan mengajarkan suatu prinsip tertentu atau menyampaikan suatu segi pandangan baru. Para klien, entah pajabat pemerintah, calon pembangun rumah, atau direktur perusahaan, juga merupakan pengamat. Demikian pula para pembaca sepintas lalu dari hari-harian, ahli sejarah arsitektur, dan calon penghuni bangunan-bangunan baru. Dalam banyak hal, para kritikus tidak menulis untuk kesenangan pribadi, tapi untuk memberi informasi atau membentuk pendapat. Cara kritik disusun harus ditautkan dengan jenis pengamat yang hendak digarap.

Referensi:
Snyder, J. C., & Catanese, A. J. 1984. Pengantar Arsitektur. Erlangga, Jakarta

Artikel Terkait