Thursday, November 24, 2016

PROSES DALAM ARSITEKTUR



Pemograman
Dimana arsitek menetapkan hal-hal yang menjadi perhatian klien, yang meminta mereka merancang suatu bangunan dan apa sesugguhnya yang diperlukan sang klien.
Menyatakan masalah umum klien menjadi sejumlah masalah “standar” yang lebih kecil yang telah dikethui pemecahannya atau yang mudah di pecahkan. Juga disebut perencanaan (planning).
Menggunakan informasi dari dua tahap mulai sebagai tuntutan dalam mengembangkan suatu gagasan keseluruhan dan suatu usul bagi bentuk dan konsstruksi bangunan.

Memulai Suatu Program
Mempelajari tentang masalah klien. Seperti mengidentifikasi tipe bangunan, mempelajari apa yang salah dengan bangunan yang ada, memperkirakan bagaimana beratnya masalah-masalah klien, memperkirakan usaha perancangan yang di kehendaki dan mempelajari kebutuhan-kebutuhan klien (untuk suatu rencana jangka pajang, untuk suatu studi kelayakan, atau untuk rencana-rencana untuk bagi konstruksi langsung. Mereka juga harus memperoleh ancer-ancer annggaran untuk bangunan tersebut.

Pendekatan Pada Penelitian Program
Bila tidak tersedia informasi yang memadai dari klien, para arsitek harus mencari jalan untuk mengumpulkannya. Terdapat 3 metode: otoritatif, faktual, dan proyektif.

Penelitian Otoritatif
Bila informasi yang dibutuhkan ialah sesuatu yang dapat diberi klien, sang arsitek harus mendapat cara yang klien dapat menjawabnya. Tentu saja cara yang paling lazim ialah dengan pertanyaan langsung, tapi bila ini gagal (seperti sering terjadi), para arsitek dapat membuat suatu rancangan skematis bangunan berdasrkan jawaban-jawaban yang diberikan pada pertanyaan-pertanyaan itu. Cara klien menanggapi usul rancangan skematis biasanya menjawab pertanyaan arsitek.

Penelitian Faktual
Bila informasi yang dibutuhkan para arsitek adalah informasi faktual yang tidak dimiliki klien, harus dilakukan suatu pendekatan padda penelitian yang seluruhnya berbeda. Sang arsitek harus melakukan pendekatan padda penelitian demikian dalam cara sama seperti pendekatan yang dilakukan ilmu-ilmu perilaku- dengan cara studi kasus, survei, atau exsperimen. Ada kalanya para arsitek memiliki keahlian untuk melakukan suatu survei sederhana dengan menggunakan suatu kuisioner, tapi bila soal penelitian rumit sekali, mereka akan perlu mengharapkan jasa para serjana perilaku.

Penelitian Proyektif
Bila pertanyaan penelitian kompleks dan bila ini bergantung pada peristiwa-peristiwa massa datang, arsitek akan menempuh penelitian proyektif. Bantuan konsultan-konsultan profesional mungkin diperlukan, karena prosedur penelitian proyektif bahkan lebih kompleks daripada dengan penelitian faktual. Beberapa tekniknya serupa dengan teknik penelitian faktual, tapi unsur yang terpenting dari bentuk penelitian ini berbeda sekali. Teknik ini disebut modeling (pemberian bentuk).

Mempersiapkan Program
Bila upaya penelitian sudah lengkap, mulailah persiapan program yang sesungguhnya. Sebenarnya, persiapan program yang dilengkapi biasanya mulai sebelum informasi terakhir diperoleh. Keuntungan dari suatu informasi program yang teratur ialah bahwa pekerjaan dapat muali pada bagian-bagian, sementara informasi lain masih dikumpulkan.

Menyajikan Program
Biasanya arsitek diminta melakukan penyajian lisan tentang program ini kepada kelompok-kelompok klien. Sementara program tertulis dapat memberikan detai banyak sekali yang meliputi suatu program bangunan, suatu ikhtisar atau penyajian lisan dapat membantu klien memahami program lebih baik.

Ikhtisar
Ketika para arsitek pertama kali mendekati seorang klien mereka harus melakukan pemahaman yang cepat macam bangunan bagaiman yang dikehendaki klien. Mereka harus mengatahui seluk beluk bangunannya. Mereka dapat terbantu dalam tingkat-tingkat program mula dengan daftar-daftar periksa dan daftar-daftar pertanyaan baku yang akan di ajukan kepada kilen. Lalu dilanjutkan dengan membuat suatu garis besar menyeluruh dari informasi yang akan diperlukan untuk perancangan bangunan.
Dalam hal ini mereka dibantu dengan pengalaman-pengalaman mereka yang terdahulu dalam pemorgraman. Terutama sangat membantu, apabila mereka dapat mengklasifikasi informasi program menurut perorangan, tujuan, perialku, fungsi, atau objek. Klasifikassi demikian memungkinkan mereka untuk mengetahui informasi apa yang tidak ada dan apa yang harus disediakan

Konsep
Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur kedalam suatu kesatuan.

Konsep Dalam Perancangan Arsitektur
Rumusan konsep bukanlah suatu kegiatan yang otomatis ia memerlukan upaya yang terpisah untuk membuat suatu konsep yang secara layak, memadukan hal-hal yang tidak diperstukan sebelumnya. Mempersatukan hal-hal adalah tindakan kreatif, tindakan yang oleh perancang, arsitek, kritikus, musikus, dan penulis telah diidentifikasikan sebagai kira-kira 10% inspirasi atau jenius dan 90% kerja keras.

Skenario Konseptual
Tujuan dalam membuat suatu konsep yang tepat bagi suatu proyek adalah mengintegrasikan berbagai bagian kedalam suatu keseluruhan yang dipersatukan seorang perancang mengharapkan bangunan akhir itu sendiri menjadi pernyataan yang terpadu dari beberapa konsep. 

Hirarki Konsep
Suatu pemahaman tentang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep dan skenario konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu proses guna melahirkan konsep-konsep yang tepat untuk bangunan urutannya disusun demikian: wawasan, gagasan, konsep dan skenario.

Jenis Konsep

Analogi
Analogi mengidentifikasikan hubungan harfiah yang mungkin diantara benda-benda. Sebuah benda di identifikasikan dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan dan dengan demikian yang jadi model untuk proyek yang ada.  

Metafora dan Perumpamaan
Seperti analogi metafora mengidentifikasikan hubungan diantara benda-benda, tetapi hubungan-hubugan ini lebih bersifat abstrak. Metafora dan perumapaan mengidentifikasikan pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasikan hubungan harfiah yang mungkin. 

Hakikat
Menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung pengertian-pengertian kedalam aspek yang paling penting dan instrinsik dari benda yang

Cita-Cita
Berbeda dengan golongan kosep yang terdahulu yang emngemukakan bahwa arsitek memperhatikan bagian dalam masalah atau suatu masalah yang serupa untuk menemukan konsep-konsep yang tepat. Konsep yang ideal adalah konsep yang dibawa arsitek pada masalah yang bersangkutan. Bila para arsitek membawakan konsep yang tepat pada proyek mereka dipuji karena kejeniusannya, bila pilhan mereka tidak tepat dia menjadi prakonsepsi dan kewenangan dasarnya dipertanyakan. Konsep yang ideal mengemukakan aspirasi tertinggi dan cita-cita tertinggi sang arsitek. 

Referensi: Snyder, J. C., & Catanese, A. J. 1984. Pengantar Arsitektur. Erlangga, Jakarta

Artikel Terkait