Sunday, November 27, 2016

METODE DALAM KRITIK ASITEKTUR

Berikut adalah metode-metode konvensional yang digunakan para kritikus untuk merekam tanggapan-tanggapan mereka terhadap lingkungan buatan:


Kritik Normatif
Kritik Normatif mempunyai dasar berupa suatu doktrin, sistem, tipe, atau ukuran. Hal ini tergantung pada keyakinan kita pada sesuatu diluar lingkungan fisik itu sendiri, dan digunakannya hal itu sebagai pedoman baku untuk menilai rancangan bangunan dan kota. karena pedoman-pedoman baku normatif berbeda dalam kerumitan, keabstrakan, dan kekhususannya, kita perlu melakukan pembedaan antara doktrin, sistem, jenis dan ukuran.
Suatu doktrin adalah suatu pernyataan prinsip yang abstrak. Umpamanya, "bentuk mengikuti fungsi". Doktrin-doktrin lain yang belakangan ini dapat dijadika dasar bagi kritik adalah: fungsi seharusnya mengikuti bentuk; kurang adalah lebih; kurang adalah sesuatu yang membosankan; bangunan seharusnya menjadi apa yang diinginkan; bangunan harus mengekspresikan struktur, fungsi, aspirasi, ideologi, metode konstruksi, iklim, daerah, bahan; sebuah bangunan seharusnya dari bukit dan bukan di bukit dimana ia terdapat; dan ornamentasi merupakan kejahatan.
Suatu sistem adalah perakitan unsur atau prinsip yang saling bersangkut paut - umpamanya, prinsip Vitruvius. Suatu liputan kritik yang sistematis akan lebih luas daripada suatu kritik yang didasarkan atas doktrin. Bangunan jarang dapat dinilai dalam pengertian satu atau dua petunjuk, karena kerumitan yang banyak arah.
Suatu jenis merupakan model yang digeneralisasikan bagi suatu golongan benda tertentu, seperti gereja-gereja Inggris pada abad ke-limabelas, yang di anggap oleh A.W.N. Pugin sebagai arsitektur gerejani dan seyogyanya menjadi model bagi gereja-gereja akhir (abad kesembilan belas). Kritik yang menyangkut jenis dapat menunjukan pada dirinya sendiri salah satu dari tiga aspek bangunan: strukturnya, pengaturan fungsinya, atau bentuknya.
Ukuran merupakan penilaian tentang suatu lingkungan buatan terhadap pedoman-pedoman baku yang pasti, dan biasanya numeral.    

Kritik Penafsiran
Berbeda dengan kritik normatif sifat kritik penafsiran sangat pribadi. Kritikus adalah seorang penafsir yang pandangannya sendiri lebih penting daripada pedoman baku dari luar apapun. Tujuan Kritikus adalah untuk membuat orang-orang lain melihat tanpa lingkungan buatan seperti yang dilihatnya.
Salah satu cara penafsiran seorang kritikus adalah dengan mengemukakan suatu cara baku untuk mengundang objek, biasanya dengan mengubah kiasan atau analogi yang kita gunakan untuk mengamati objek bangunan.
Kritik evokatif dimaksudkan untuk menimbulkan pada pengamat perasaan atau emosi yang serupa dengan yang dialami oleh sang kritikus ketika dihadapkan pada bangunan atau rona kota.
Kritik impresionistis, sang kritikus sesungguhnya mengabaikan obyek yang dinilai dan sebagai gantinya malahan menggunakan sebagai dasar yang dinilai dan sebagai gantinya malahan menggunakannya sebagai dasar untuk menciptakan karya seni lain. Kritik foto sering kali impresionistis, secara bersamaan mengulas pokok persoalan dan berdiri sendiri sebagai suatu karya seni.  

Kritik Deskriptif
Metode deskriptif berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut perjumpaan seseorang dengan suatu lingkungan tertentu. Hal yang mendasari kritik deskriptif adalah anggapan bahwa bila kita cukup mengetahui tentang apa yang sesungguhnya terjadi selama berlangsungnya pengembangan rancangan, dan tentang seperti apa bangunan tersebut sebenarnya, kita akan lebih dapat memahami bangunan tersebut. kritik deskripstif tidak menilai, juga tidak menafsirkan. Ia semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada.
Kritik penggambaran mengemukakan dari pasa bangunan itu dibuat dan bagaimana ia ditata. Kritik deskriptif juga menjelaskan bagaimana bangunan itu atau rona perkotaan berlaku sebagai lingkungan yang dinamis. Akhirnya kritik deskriptif adakalanya menjelaskan proses terjadinya rancangan bangunan. Ini memuat uraian metode-metode perancangan yang digunakan serta runtutan peristiwa dalam proses tersebut.
Kritik biografis mengidentifikasi fakta-fakta yang relevan mengenai kehidupan para arsitek, klien, dan pembangun (kontraktor), serta dampak mereka terhadap bentuk akhir banguanan.
Kritik Kontekstual merekam tekanan-tekanan dan peristiwa-peristiwa yang menyertai perancangan dan produksi.



Referensi:
Snyder, J. C., & Catanese, A. J. 1984. Pengantar Arsitektur. Erlangga, Jakarta
 
 
 

Artikel Terkait